Tenun Dayak Sebagai Refleksi Budaya
Kain Tenun Dayak di Rumah Betang Ensaid Panjang merupakan sebuah kekayaan seni budaya di Kalimantan Barat. Kain tenun Dayak tersebut merupakan refleksi kehidupan masyarakat dan syarat akan makna. Dia adalah abstraksi perjalanan manusia dan dianggap sebagai suatu yang mempunyai nilai luhur, sakral dan religius. Kain tenun juga dapat dikatakan sebagai lambang keberadaan masyarakat dalam menjalani dan menata kehidupan sesuai adat dan tradisi yang berlaku.Penggambaran Hubungan Religius
Kain Tenun Dayak di Rumah Betang Ensaid Panjang adalah perwujudan hubungan vertikal terhadap alam magis seperti dewa-dewa, roh para leluhur, roh halus yang dianggap baik dan melindungi, dan beberapa penunggu alam yang dipercaya mempunyai kekuatan supranatural dan dapat memberi pengaruh dalam kehidupan mereka.Kain Tenun Dayak juga merupakan literasi hubungan horizontal antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan interaksi manusia untuk menjaga dan melestarikan adat budaya mereka. Sebuah saduran sejarah panjang dalam perjalanan yang bercerita tentang keberadaan Dayak di Rumah Betang Ensaid Panjang. Sekarang mari kita kenali lebih dekat kain tenun Dayak di Ensaid Panjang Kalimantan Barat.
Gambar didapat melalui ilham dan mimpi
Gambar pada kain tenun Dayak kebanyak merupakan refleksi kehidupan yang didapat melalui ilham atau mimpi seorang gadis. Ia lahir dari sebuah pengharapan dan pertanda yang mengiring hidupnya kearah cita-cita mulia. Mimpi tersebut dapat berupa dewa, manusia, hewan, tumbuhan, bahkan hantu, yang kemudian dituangkan dalam gambar ataupun lukisan di kain-kain tenun yang dibuat para perempuan Dayak yang mendiami rumah betang di wilayah kabupaten di Kalimantan Barat, termasuk juga masyarakat Dayak yang mendiami rumah Betang Ensaid Panjang.Seorang seniman dan pengamat budaya Kalimantan Barat, Yohanes Palaunsoeka mengatakan, "gambar di kain tenun, pada dasarnya merupakan suatu lukisan. Lukisan penggambaran dari mimpi atau ilham si penenun. "Jadi apa yang dia dapatkan dalam alam mimpi, dia tuangkan dalam bentuk tenunan." katanya.
Sumber foto Sony Alkad
Realitas Dunia Transenden
Gambar pada kain tenun Dayak (termasuk masyarakat di Rumah Betang Ensaid Panjang) adlaah abstraksi hubungan manusia dengan dunia transenden, baik itu secara horizontal maupun vertikal. Hubungan yang bersifat mistik religius inilah yang digambar dalam kain tenun Dayak .“Rata-rata gambar dalam tenunan adalah refleksi kehidupan manusia, tetap ada hubungannya dengan manusia, alam atas, dan alam bawah. Termasuk dengan alam sekitar seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan yang bermakna keseimbangan hidup antara manusia dengan alam. Dalam tenunan juga digambarkan tentang nasib, sampan sebagai penggambaran transportasi zaman dulu, pucuk rebung karena dalam kehidupan untuk sayur mayur makanan mereka. Namun jika dalam mimpi mereka (penenun) bertemu dengan buaya, atau ular, itulah yang digambarkan dalam abstraksi mereka, bentuk ular, buaya, bisa juga bentuk manusia." Katanya Yohanes Palaunsoeka.
Gambar motif dibuat menurut tingkatan umur
Motif kain tenun Dayak dibuat berdasarkan tingkatan umur. Para gadis biasa belajar dari umur belasan tahun atau menjelang akil baligh (telah sampai usai masa dewasa). Mereka diajarkan membuat sesuatu untuk keperluan hidup, seperti pakaian atau bagaimana cara merias diri. Artinya mereka diajarkan membuat pakaian melalui tenun. Pola tenun yang paling sederhana yang diajarkan untuk anak gadis, biasanya motif pakis.Rata-rata yang boleh menggambar berbentuk binatang naga atau dewa adalah perempuan yang sudah cukup umur sekitar 40 atau 50 tahun ke atas. Hal ini karena dikhawatirkan bagi anak gadis jika membuat pola-pola gambar naga dan dewa, jika jiwa mereka belum kuat bisa terbawa dengan apa yang ada didalam gambar tersebut, sehingga menjadi gila, sakit, atau bahkan meninggal dunia. Sehingga motif manusia, ular, naga, ataupun buaya, biasanya hanya dibuat oleh penenun yang sudah cukup umur. Sedang gadis muda kebanyakan membuat gambar motif pakis, rebung, bendera, atau perahu," kata Yohanes Palaunsoeka.
Sumber foto Sony Alkad
Waktu pantang untuk membuat kain tenun
Kebiasaan pembuat kain tenun Dayak di Rumah Betang Ensaid Panjang menenun mulai pukul 7 atau pukul 8 pagi sampai sekitar pukul 5 sore. Di sela-sela waktu menenun, para perempuan ini menyempatkan diri memasak untuk makan siang anak dan suami, istirahat melepas lelah, dan mandi. Kemudian melanjutkan menenun hingga sore hari.Di sini ada larangan tidak boleh menenun saat matahari terbenam, pantang (dilarang) bagi warga rumah betang Ensaid Panjang. Kalau melanggar, kena hukum adat," kata Elisabet seorang penenun di Rumah Betang Ensaid Panjang.
Warisan turun temurun
Keahlian menenun diwariskan turun temurun. Biasanya mereka mendapatkan pelajaran menenun dari ibu atau saudara disekitar rumah betang. Mereka mempunyai bakat alamiah dikarenakan kebiasaan melihat, mencontoh, lalu menerapkan. Namun dalam pengerjaan awal biasanya mereka menerapkan motif sederhana lalu diajarkan tentang syarat, teknik, dan kelengkapan secara lahir batin untuk menguasai suatu tenunan. Hal ini terus belanjut sampai mereka benar-benar dianggap bisa, kemudian ditinggalkan untuk membuat kain tenun secara mandiri.Sumber foto Sony Alkad
Kain tenun Dayak yang tergerus zaman
Masuknya informasi membuat anak gadis sudah jarang membuat tenun. Mereka dianjurkan bersekolah yang jaraknya cukup jauh dari Rumah Betang, sehingga memakan banyak waktu dan tenaga. Selain itu masyarakat Rumah Betang Ensaid Panjang juga memberi kesempatan anak-anak gadis mereka bermain dan mengenal alam sekitarnya, sehingga kegiatan menenun hanya dilakukan sewaktu libur.Perkembangan teknologi juga banyak berpengaruh pada pola pikir modern penerus Rumah Betang Ensaid Panajang. Mereka lebih memilih mencari informasi yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup sesuai zaman, akhirnya beberapa budaya mereka tinggalkan, termasuk juga penerusan verbal terhadap Kain Tenun Dayak . Inilah yang menyebabkan penenun muda sudah jarang didapati sekarang.
Semoga saja generasi muda sadar, bahwa kain tenun Dayak adalah sebuah aset kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Dia adalah salah satu tonggak keberadaan masyarakat pemiliknya. Bila suatu budaya itu hilang, maka separuh identitas Dayak juga akan hilang. Sementara informasi dan modernitas seharus bisa mendukung perkembangan kain tenun itu sendir ke arah yang lebih maju. Kalau Kain Tenun Dayak di Rumah Panjang Ensaid Panjang hilang, jangan salahkan siapa yang bertanggungjawab. Tapi lihatlah ke dalam lalu tertunduklah dalam perenungan. "Jangan tangisi tradisi bila ia telah mati".
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
budaya,
- Keindahan Kain Tenun Betang Ensaid Panjang - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Keindahan Kain Tenun Betang Ensaid Panjang, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.