Simbol dalam Musik Dayak
Musik Dayak dapat dikatakan sebagai sebuah bahasa simbolik. Musik merupakan sebuah bentuk yang bermakna (significant form). Makna tersebut adalah sesuatu yang diungkapkan melalui simbol. Musik merupakan objek rasa dengan melalui kecemerlangan struktur dinamikanya dapat mengungkapkan bentuk-bentuk pengalaman penting yang tidak dapat diungkapkan oleh bahasa (Triyono Bramantyo, terj., 2005: 3). Dengan demikian tidak dapat diragukan lagi, bahwa musik bersifat simbolik (Ibid.: 3). Melalui musik pula masyarakat Dayak memberikan pemaknaan tentang kebudayaannya yang terangkum dalam ide musikal mengenai alam pikiran, alam budi, tata susila, termasuk pula karya manusia.Manusia berpikir, berperasaan, dan bersikap dengan ungkapan simbolis. Ungkapan-ungkapan simbolis inilah yang menggambarkan kehidupan, tingkah laku, perjalanan hidup, dan nilai-nilai budaya yang dimiliki suatu masyarakat.
Manusia tidak pernah menghadapi lingkungan fisik secara langsung. Mereka selalu mendekati alam (dan isinya) melalui budaya, melalui berbagai sistem simbol, makna dan nilai (Lahajir, 2001: 41). Selanjutnya Ernst Cassirer mengatakan bahwa:
“Manusia dapat disebut sebagai hewan yang bersimbol (Animal Simbolicum). Manusia tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali dengan berbagai simbol” (dalam Budiono Herusatoto, 1991: 9).
Masyarakat Dayak mengenal alam nyata dan berhubungan dengan alam gaib melalui simbol-simbol. Simbol tersebut merupakan ide-ide yang melambangkan maksud tertentu (Fx. Widaryanto, terj., 1988: 128). Dalam kehidupan masyarakat Dayak, simbol-simbol yang dikomunikasikan merupakan konsep hubungan relegius antara manusi dengan Tuhan, manusia dengan alam gaib, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam nyata (lingkungannya) yang kemudian ditranspormasikan ke dalam musik yang mereka miliki, sehingga dapat dipastikan musik Dayak mengandung simbol-simbol sebagai pengejawantahan kehidupannya.
Antara Simbol dan Nilai
Kebanyakan nilai kehidupan masyarakat Dayak dilambangkan dalam bentuk simbol, sehingga apa yang diungkapkan melalui simbol dapat ditangkap oleh manusia lainnya, kemudian dipelajari, dihayati maknanya, dan diterapkan dalam kehidupan. Contohnya seperti simbol-simbol pada pantak, tari, upacara, dan musik Dayak. Pantak dianggap sebagai lambang penghormatan kepada nenek moyong yang telah berjasa dalam kehidupan.Musik Dayak dianggap sebagai bahasa komunikasi yang melambangkan keagungan, sedangkan upacara dianggap sebagai wadah sakral yang dapat menghubungkan dunia gaib dan hubungan manusia dengan Jubata. Oleh karena itu musik dapat dianggap sebagai refleksi kehidupan sosial yang dijalani masyarakatnya. Ia juga dianggap sebagai transpormasi nilai-nilai kehidupan yang tersimpul dalam adat dan tradisi, lambang penghormatan kepada pada leluhur, dan hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta.
Simbol-simbol dalam masyarakat Dayak secara menyeluruh dapat dilihat dalam musik Dayak Kanayatn. Simbol itu dapat dibagi menjadi dua bagian: pertama, Simbol Material, yaitu simbol-simbol yang melekat pada medium benda yang sifatnya yang dapat dilihat dan diraba, seperti alat musik dan manusianya yang memainkan alat musik tersebut. Kedua, Simbol nonmaterial, yaitu simbol-simbol yang melekat pada medium yang tidak dapat dilihat dan diraba, seperti musik Dayak itu sendiri. Artinya kita tidak dapat melihat musik, namun hanya bisa mendengarnya.
Bahasa Simbol dalam Kesatuan Objek
Antara instrumen dan musik Dayak merupakan sesuatu kesatuan. Kedua medium ini tidak dapat dipisahkan, karena simbol material merupakan alat penunjang yang melambangkan kehidupan manusia Dayak, sedangkan simbol nonmaterial mengandung makna komunikasi terhadap roh halus, roh para leluhur, dan Jubata. Artinya ketika kamu melihat mendengar musik, maka kamu tidak bisa mengetahui idiom musik itu sendiri tanpa melihat musik, alat musik, manusianya, serta pola pikir yang melatar belakangi musik itu dimainkan atau lahir dalam bingkai budayanya.Begitu juga dengan instrumen dan musik itu sendiri. Tentunya musik tidak dapat berbunyi bila alatnya tidak ada, dan tidak dapat berbunyi pula bila manusia yang memiankannya tidak ada. Hal ini dapat dijelaskan dari pemahaman dualisme dan pluralisme yang merupakan keutuhan, kebulatan, dan totalitas tunggal (Jakob Sumardjo, 2002: 10).
Musik Dayak mempunyai kebulatan makna menyeluruh dari adat istiadat dan hubungan religius dalam kehidupan yang dijalani masyarakatnya. Keterkaitan kedua simbol material dan non material ini tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan kebulatan yang saling melengkapi dan memberikan arti antara satu dengan lainnya.
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
musik,
- Musik Dayak dalam Kerangka Simbol - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Musik Dayak dalam Kerangka Simbol, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.