Apa itu ngayau?
Ngayau mempunyai arti turun berperang untuk mempertahankan keluarga, suku, wilayah kekuasaan, kedudukan, dengan tujuan tertentu. Dalam peperangan inilah nantinya sipemenang memenggal kepala musuh yang kalah sebagai bukti kemenangan dan kekuasaan. Berbeda dengan ngayau yang selama ini banyak dipercaya orang, berburu kepala untuk tujuan tertentu. Pengertian ini menekankan berburu kepela oleh satu suku atau sub suku dayak tertentu, yang akhirnya terkesan orang Dayak itu adalah pemburu kepala manusia, sehingga merusak citra Dayak itu sendiri.Apakah ngayau itu tradisi?
Tidak semua Ngayau termasuk tradisi, karena saya tidak pernah menemukan catatan dalam aturan adat manapun di Kalimantan bahwa semua ngayau adalah adat atau tradisi. Kalau ada ngayau yang terkait adat itu karena berhubungan dengan ritual tertentu, misalnya upacara Tiwah di Kalimantan Tengah. Itupun berlaku hanya waktu dulu, sekarang adanya syarat kepala sudah diganti kepala kerbau.Selama ini adanya kesalahan anggapan bahwa ngayau dijalankan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti untuk mas kawin yang anggapan banyak orang mengharuskan ada kepala dalam kelengkapannya. Pendapat ini salah besar, karena orang tidak memandang cerita itu secara lengkap. Dalam cerita Ne’ Dara Itam yang mensyaratkan adanya kepala untuk pinangan adalah karena kekuasaan ayah Ne’ Dara Itam tumbang oleh kerajaan Dayak Miaju dan kepala Patih Gumantar (ayah Ne’ Dara Itam) akhirnya dipenggal dan dibawa oleh rombongan Dayak Miaju.
Ketika Raja Pulang Palih ingin menyunting Nek Dara Itam, maka ia meminta kepala bapaknya sebagai hadiah perkawinan. Artinya dia menginginkan kepala bapaknya untuk kembali dan dapat di kuburkan secara wajar. Dalam cerita tersebut kepala kepala ayah Nek Dara Itam dapat di bawa pulang oleh Ria Sinir atas perintah Raja Pulang Palih. Baca cerita disini.
Dalam cerita di atas jelas bahwa syarat kepala untuk pinangan perkawinan itu bukan mutlak harus ada. Jadi syarat pengambilan kepala adalah karena Nek Dara Itam menginginkan kepala bapaknya kembali dan dapat dikuburkan secara layak. Saya rasa ini wajar saja dilakukan sebagai anak yang ingin kepala bapaknya kembali dan dikuburkan secara layak, bukan sebagai syarat mutlak perkawinan.
Kenapa Ngayau itu terjadi?
Ngayau terjadi karena adanya peperangan dan sebagai lambang kekuasaan atau penundukan musuh, maka kepala musuh harus dipenggal. Artinya kepala yang dikayau itu sebenarnya lambang kekuasaan sipemenang dan dijadikan peringatan kemenangan. Sementara yang kalah akan mengingat ini sebagai kekalahan, terkecuali mereka dapat mengambil kembali kepala yang dikayau tadi.Dalam perebutan pengambilan kepala (yang dahulunya dikayau) cenderung adanya ngayau lagi jika pihak pengambil bisa memenangkan peperangan. Akhirnya Ngayau itu berlangsung terus menerus dalam beberapa suku yang berperang jaman dahulu.
Ngayau akan menumbuhkan kepercayaan bahwa seorang lelaki mampu menjaga keselamatan keluarga, suku, wilayah, dan kehormatan. Akhirnya lelaki yang paling banyak mengayau dalam perang biasanya dijadikan pemimpin suku atau diberi gelar pangalima (sebutan umumnya panglima perang dayak).
Inilah yang menyebabkan ada beberapa anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, maka sipemimpin itu harus melakukan ngayau sebagai jaminan dia mampu untuk menjalankan kekuasaan dan melindungi kekuasaan serta kehormatan sukunya. Akhirnya pendapat ini berkembang menjadi opini umum dan menjadi keharusan dalam syarat menjadi pemimpin suatu suku. Padahal kenyataannya kalau jadi pemimpin yang jelas harus orang berilmu, berpengalaman, dan dihormati.
Inilah yang akhirnya menyebabkan pandangan masyarakat lebih cenderung kepada keharusan ngayau tersebut, padahal banyak pemimpin yang tidak pernah ngayau, bahkan ada beberapa suku dayak di Kalimantan yang tidak pernah atau tidak mengenal ngayau.
Kenapa ngayau sering dikaitkan dengan adat atau tradisi?
Ngayau itu dikaitkan dengan adat sebenarnya hanya anggapan beberapa orang yang kebenarannya belum jelas, karena saya selama ini tidak pernah menemukan catatan atau cerita yang memperkuat posisi ngayau itu sebagai adat atau tradisi. Yang ada ngayau itu bisa dianggap sebuah keharusan untuk membela keluarga, suku, wilayah, dan kehormatan bagi setiap orang secara pribadi atau suku Dayak.Dalam perang tersebut di atas terjadi pemenggalan kepala yang disebut ngayau, akhirnya ngayau identik dengan kebiasaan setiap peperangan pasti ada ngayau (memanggal kepala musuh). Mungkin sebagian orang memandang ini sebagai kebiasaan, namun kalau dirunut alur keharusan dan keadaannya, maka ngayau bukan suatu adat atau tradisi, namun keadaan peperangan yang mengharuskan adanya ngayau sebagai tanda kemenangan dan peringatan untuk musuh yang dikalahkan.
Jangan digolongkan semua kebiasaan itu sebagai tradisi, karena tidak semua kebiasaan itu tradisi. Contohnya kebiasaan makan menggunakan sendok itu bukan tradisi. Tapi hal lumrah yang dilakukan karena ingin bersih. Sementara banyak orang makan masih menggunakan tangan. Mungkin di negara lain bisa saja ini tradisi, tapi di daerah Kalimantan ini bukan tradisi.
Sekarang ngayau tidak dilakukan lagi, karena orang dayak sudah tidak berperang dan hidup damai berdampingan. Namun jika ada peperangan atau kondlik maka tidak menutup kemungkinan ngayau kembali terjadi. Saya hanya meluruskan pandangan mengenai Ngayau tersebut, sedang pendapat kalau ngayau itu tradisi, sampai sekarang tidak ada juga bukti memperkuatnya. Kalaupun ada bukti kepala, itu bisa saja terjadi karena bukan tradisi, tapi adalah keharusan yang diambil saat peperangan antar suku itu terjadi.
Kadang banyak orang mengeluarkan pendapat tidak melihat latar belakang cerita perang tersebut dan langsung memberi label adat atau tradisi. Saran saya lebih baik teliti dulu sebelum menyadur sebuah cerita, karena bisa saja memburukkan citra kehidupan Dayak yang arif dan bersahabat.
Saya tidak mengklaim tulisan saya ini 100% benar. Saya juga menerima saran dan masukan untuk tulisan ini. Karena semakin banyak masukan yang membangun, maka akan semakin jelas tentang tradisi ngayau tersebut. Sekian dan terima kasih, salam budaya.
Sumber foto wikipedia
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
budaya,
- Ngayau: Dilema Antara Tradisi dan Persepsi - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Ngayau: Dilema Antara Tradisi dan Persepsi, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.