Simbol Tiga Dunia Dayak Kanayatn
Simbol tiga dunia meterial dalam musik Dayak Kanayatn dapat dilihat dari bentuk instrumen Agukng. Kesemuanya itu memiliki kesamaan dalam satu bentuk global, yaitu lingkaran dan lubang. Lingkaran tersebut merupakan lambang tiga dunia dalam kepercayaan lama atau agama nenek moyang. Ia merupakan representasi religius dari tiga tahap kehidupan, yaitu lahir, menjalani hidup, dan mati. Sama halnya dengan kebulatan hubungan antara ritme, melodi, dan harmoni. Konsep inilah yang dapat dipandang sama dengan konsep Tiga Dunia Dayak Kanayatn.Lingkaran pertama yang terdapat pada instrumen Agukng terletak pada Bujal sebagai lambang Dunia Atas. Penggambaran Dunia Atas ini sesuai dengan posisi bujal yang menempati posisi paling atas atau tempat menabuh intrumen tersebut. Lingkaran kedua terletak pada bagian tengah (dibawah bujal) yang melambangkan eksistensi Dunia Tengah atau dunia manusia. Lingkaran terakhir terdapat dibagian bawah instrumen sebagai lambang Dunia Bawah.
Keselarasan antara usaha dan tingkah laku religius merupakan dua hal penting dalam kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn. Ia merupakan sebuah tatanan kehidupan yang harus dijalankan oleh masyarakatnya. Artinya setiap tingkah laku orang Dayak Kanayatn harus disertai dengan keluhuran budi sebagai cermin ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seperti kata pepatah Bacuramin Ka’ Saruga yang artinya Bercermin kepada Surga.
Eksistensi tiga dunia yang digambarkan instrumen Agukng terletak pada jumlah instrumen. Kebanyakan instrumen yang digunakan dalam penyajian musik Dayak Kanayatn berjumlah tiga buah. Jumlah ini sesuai dengan konsep tiga dunia dalam kepercayaan masyarakat Dayak Kanayatn. Sebut saja tiga instrumen itu adalah Agukng, Kanayatn atau Katuku, dan Katukeng. Agukng sebagai instrumen yang karakter suaranya agung dilambangkan dengan Dunia Atas. Kanayatn menempati posisi paling tengah dianggap sebagai lambang Dunia Tengah, sedangkan Katukeng memiliki suara dan bentuk yang paling kecil diantara ketiganya dilambangkan sebagai Dunia Bawah.
Eksistensi Tiga Dunia
Agukng memiliki karakter suara paling agung. Ia berfungsi memberi ketukan dasar atau penentu ketukan berat. Ketukan berat ini menjadi patokan jatuhnya nada dalam satu ruang birama. Ia memberi sekat terhadap permainan instrumen lain, sehingga dapat diketahui posisi jatuh nada pertama sebagai ketukan berat (nada dong). Begitu pula dalam kehidupan, ajaran agama harus diikuti, diturut, dan dihayati sebagai pedoman hidup. Agama mengajarkan manusia untuk berbakti kepada Tuhan penguasai kehidupan di jagad raya, dan sebagai tujuan terakhir dari perjalanan religius masyarakat Dayak Kanayatn. Dari sinilah hadir Dunia Atas pada kehidupan nyata sebagai penunjang keberadaan manusia dalam menjalani kehidupannya.Katuku merupakan representasi kehidupan manusia di dunia. Ia bukan hanya memiliki arti kehidupan secara harafiah, yaitu kerja, istirahat, dan makan, namun ia merupakan lambang dari tingkah laku yang menyertakan pemikiran dan perasaan untuk mencerna segala yang dilihat dan dirasakan. Manusia berpikir dan menangkap fenomena-fenomena alam yang memerlukan sebuah penghayatan dan usaha yang pada akhirnya harus ia pertanggungjawabkan kepada Tuhan dan manusia lainnya.
Katukeng merupakan lambang Dunia Bawah sebagai refleksi kehidupan makhluk halus. Keberadaan alam ini tidak bisa terlepas dengan kehidupan manusia, karena pada dasarnya antara manusia dengan makhluk halus merupakan satu asal atau keturunan yang sama. Hal ini berhubungan dengan cerita Ne’ Baruakng Kulub sebagai nenek moyang orang Dayak Kanayatn dan cerita turunnya padi ke dunia (Wawancara langsung dengan Maniamas Miden Sood). Dalam cerita itu terdapat sebuah dunia transenden yang keberadaannya digunakan untuk mengingatkan kembali tentang asal mula, kejadian suci (ritual Baliatn), dan adat masyarakat Dayak Kanayatn. Bukti hubungan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual perdukunan masyarakat Dayak Kanayatn, dimana dukun dalam upacara tersebut mendatangkan makhluk halus dari Dunia Bawah untuk berkomunikasi dalam melakukan pengobatan. Refleksi hubungan inilah yang diungkapkan kembali melalui instrumen Katukeng.
Harmoni Tiga Dunia
Setiap permainan harus menuju keharmonisan jalinan nada-nada yang dihasilkan oleh permainan masing-masing instrumen. Begitu pula dengan kehidupan, ia harus berpatokan pada adat agar tercipta keselarasan hidup dalam bermasyarakat. Pedoman ini dinyatakan dalam hukum adat untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dan menjadi pondasi tingkah laku dalam kehidupan sosial. Artinya eksistensi tiga dunia masyarakat Dayak Kanayatn tidak hanya berlaku pada upacara, mantera, dan tingkah laku religius lainnya, namun tergambar dalam instrumen musik Dayak Kanayatn.Realitas Tiga Dunia adalah kehidupan yang harus selaras dengan alam dan lingkungannya dengan berpatokan pada sendi agama dan adat. Pada pada interaksi sosial inilah kesatuan itu diwujudkan. Penggambaran keseluruhan hidup itu dapat dikaji melalui instrumen Agukng Dayak Kanayatn.
Bunyi merupakan hasil dari tingkah laku musikal manusia, seperti menabuh atau memainkan alat musik dan menyanyi. Tanpa ada tingkah laku manusia, instrumen belum berarti apa-apa atau belum menghasilkan musik. Gabungan dari tingkah laku musikal dan instrumen inilah yang menghasilkan musik, sehingga musik bukan hanya berarti hubungan nada-nada yang teratur dan membentuk suatu pola tertentu, melainkan sebagai presentasi adat dan religi masyarakatnya melalui gerak musikal itu sendiri. Oleh karena itu bunyi merupakan representasi filosifis konsep tiga dunia yang dirangkum dalam irama musik Dayak Kanayatn.
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
alat musik,
- Simbol Tiga Dunia pada Agukng Dayak Kanayatan - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Simbol Tiga Dunia pada Agukng Dayak Kanayatan, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.