Koronangis: Senandung Tangis yang Hampir Punah
Senandung Tangis Diambang Kepunahan
Koronangis adalah tradisi bertutur, bersenandung atau bercerita yg berisi nasehat masyarakat Dayak Tamambaloh, Nanga Nyabau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Koronangis menyenandungkan cerita tentang masa lalu atau cerita suatu kejadian yang syarat dengan nasehat untuk kehidupan. Biasanya cerita itu dibawakan untuk mengingatkan orang tertentu akan nilai kebaikan hidup untuk mengenang orang yang sudah tiada.Koronangis termasuk sastra lisan yang berlagu dan mempunyai karakter seperti syair dengan pola bebas. Bagian akhir lagu cenderung jatuh kepada nada rendah yang dipanjangkan dengan liuk nada bebas sesuai penguasaan penuturnya. Awal nada kebanyak dimulai dari nada 5 (sol) dengan liuk nada menurun setiap menuju akhir lagu. Tidak ada ketentuan khusus jatuh nada dan karakter liuk nada dalam membawakan Koronangis ini, namun dari semua pembawaan, kekhasan Koronangis terletak sampai seberapa dalam penutur mengolah cerita dan memberikan hiasan nada pada kisah yang dibawakan penuturnya.
Syair yang dibawakan dalam Koronangis bebas, artinya tidak terikat pada suatu syair tertentu dan sudah ada. Bahkan dari catatan tutur yang sudah ada tidak ditemui saat perekaman video ini. Para penutur cenderung mengolah syair berdasar apa yang dia rasakan, dia ingat mengenai cerita atau seuatu kejadian, apa yang dia alami, lalu semua itu dirangkai menjadi kisah dalam Koronangis. Jadi kebanyakan syair terjadi secara spontan dan bebasa mengalir berdasarkan kemampuan penuturnya.
Tonton videonya di sini |
Syair yang dibawakan dalam Koronangis bebas, artinya tidak terikat pada suatu syair tertentu dan sudah ada. Bahkan dari catatan tutur yang sudah ada tidak ditemui saat perekaman video ini. Para penutur cenderung mengolah syair berdasar apa yang dia rasakan, dia ingat mengenai cerita atau seuatu kejadian, apa yang dia alami, lalu semua itu dirangkai menjadi kisah dalam Koronangis. Jadi kebanyakan syair terjadi secara spontan dan bebasa mengalir berdasarkan kemampuan penuturnya.
Sampai video ini dibuat, pembawa Koronangis hanya tersisa 2 orang saja yang dianggap betul-betul menguasai teknik dan tradisi tutur ini secara mendalam. Satu penutur sudah berusia sangat tua dan kabarnya sampai tulisan ini dimuat beliau sudah meninggal. Akhirnya Penutur Koronangis ini tersisa Indu Gamilu, satu orang yang ada di video ini saja. Kemungkinan besar Indu Gamilu penutur terakhir Koro Nangis, Tamambaloh, Nanganyabau, Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sampai saat ini, penulis dan tim Dokumentasi yang digawangai Abdi Borneo Rebellion belum menemukan penerus atau sosok lain yang menguasai tradisi dan teknik pembawaan Koronangis masyarakat Dayak Tamambaloh.Kami berharap masih ada penerus kebudayaan luhur ini, karena melalui kebudayaan ini juga kita bisa melihat kemegahan peradaban kita di masa lalu. Sebuah tanggung jawab besar agar kebudayaan itu tidak hilang ditinggalkan pemiliknya sendiri karena perubahan zaman. Kenyataan pilu, Koronangis menjadi senandung tangis terakhir diambang kepunahan.
Observasi 2018
Ditulis dan dipublikasikan pertama kali tahun 2018
Di posting di blog tahun 30 April 2022
Update tulisan sesuai tanggal posting
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
budaya,
musik,
- Koronangis: Senandung Tangis yang Hampir Punah - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Koronangis: Senandung Tangis yang Hampir Punah, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.