Jual alat musik Dayak - Buy Now!

Legenda Tampun Juah

Tampun Juah diperkirakan merupakan tempat gabungan suku Dayak rumpun Ibanic
Legenda Tampun Juah

Tampun Juah

Tampun Juah adalah sebuah wilayah yang subur di hulu sungai Sekayam Kabupaten Sanggau, tepatnya di hulu kampung Segomun, Kecamatan Noyan. Di masa lalu mereka hidup dan bergabung dengan kelompok serumpun Iban lainnya dan tergabung dengan masyarakat Pangau Banyau yang akhirnya disebut Urang Nagari Pangau atau Orang Menua.

Tampun Juah merupakan tempat pertemuan dan gabungan bangsa Dayak dalam rumpun Ibanic. Sebelum di Tampun Juah masyarakat Pangau Banyau hidup di daerah bukit kujau’ dan bukit Ayau, disekitaran Kapuas Hulu. 

Setelah beberapa waktu lamanya masyarakat rumpun ibanic ini pindah ke Air berurung, Balai Bidai, Tinting Lalang kuning dan Tampun Juah. Mereka hidup dan mencapai zaman keemasan, dalam tiga puluh buah Rumah Panjai (rumah panggung yang panjang) dan tiga puluh buah pintu utama dengan kehidupan aman dan damai.

Tampun Juah berasal dari kata Tampun dan Juah. Nama ini terkait dengan peristiwa bersejarah yang merupakan peringatan akhir terhadap suatu larangan (mali). Tampun sendiri adalah suatu pelaksanaan Eksekusi terhadap dua orang pelanggar adat karena kawin mali (perkawinan terlarang) dengan cara memasung terlentang dan satunya ditelungkupkan menjadi satu pada pasangan yang terlentang tersebut, kemudian dari punggung yang terlungkup di hujamkan bambu runcing, kemudian keduanya dihanyutkan di sungai.

Kesalahan tersebut dikarenakan keduanya terlibat dalam perkawian terlarang dengan sepupu sekali (mandal), Laki-laki bernama Juah dan perempuan bernama Lemay. Pada sumber lain perkawinan Juah (paman) dan Lemay (keponakan)..

Eksekusi dilakukan oleh seorang yang bernama lujun (algojo) pada Ketemenggungan Guntur bedendam Lam Sepagi/Jempa. Akhirnya tempat tersebut dinamakan Tampun Juah.

Penggolongan Masyarakat Tampun Juah

Kehidupan di Tampun Juah terbagi dalam tiga Statifikasi atau penggolongan masyarakat, yakni:

  1. Bangsa Masuka atau Suka (kaum kaya atau purih raja), seseorang yang hidupnya berkecukupan atau kaya dan termasuk kerabat orang penting (purih Raja).
  2. Bangsa Meluar (kaum bebas atau masyarakat biasa), seorang yang hidupnya menengah kebawah tetapi mempunyai pekerjaan dan kehidupan sendiri tanpa majikan. Artinya dia mempunyai pekerjaan, tanah, rumah, dan ,ladang sendiri untuk kehidupan keluarga mereka.
  3. Bangsa Melawang (kaum Miskin/masyarakat biasa), kelompok orang yang hidupnya miskin dan terikat kontrak kerja, untuk membayar segala hutangnya sampai lunas. Namun sebagian berpendapat bahwa golongan ini adalah golongan ulun atau budak. Dia selamanya akan menjadi budak (bahkan ada yang beranggapan sampai keturunannya), kecuali majikan memerdekakan dia atau nasibnya berubah, diangkat menjadi kerabat majikan karena perkawinan, diangkat anak, dan lain sebagainya.
  4. Selain membagi tiga tingkat penggolongan masyarakatnya, penduduk Tampun Juah juga mengatur kehidupan mereka dengan membentuk pemimpin – pemimpin di setiap rumah panjang atau kampung yang disebut Timanggung, tugasnya mengatur kehidupan kearah yang teratur dan lebih baik. Selain itu, kehidupan Tampun Juah juga erat hubungannya dengan kehidupan ritual dan keagamaan. Mereka mempercayai keturunan mereka berasal dari sepasang suami istri yang bernama Ambun Manurun (laki-laki) dan Pukat Mengawang (perempuan).

Kedua orang tersebut merupakan simbol terciptanya manusia pertama ke dunia. Ambun menurun yaitu embun yang turun ke bumi, symbol seorang laki –laki dan pukat mengawan adalah celah-celah dari jala yang membentang sebagai simbol wanita. 

Embun turun menerobos atau menembus celah pukat sebagai simbol hubungan intim antara pria dan wanita. Pasangan suami istri tersebut mempunyai 7 anak laki –laki dan 3 anak perempuan:

  1. Puyang Gana (Roh Bumi atau Penguasa tanah, meninggal sewaktu lahir). Puyang Gana lahir tidak seperti kelahiran manusia normal, ia mempunyai kaki satu, tangan satu dan lahir dalam keadaan meninggal. Karena mempunyai tubuh yang tidak lazim atau jelek, ia diberi nama Gana, Puyang Gana di kubur dibawah tangga. Ketika ada pembagian warisan ia datang dalam rupa yang menyeramkan (hantu) dan meminta bagiannya Karena suatu alasan akhirnya ia mengklaim dirinya sebagai penguasa seluruh tanah dan hutan.(Baca, tentang kerajaan Sintang pada buku Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat hal.184 – 188).
  2. Puyang Belawan lahir secara normal seperti manusia biasa
  3. Dara Genuk (perempuan) lahir kerdil, mempunyai tangan dan kaki yang pendek, oleh sebab itu disebut Dara genuk.
  4. Bejid Manai lahir dan mempunyai sedikit kelainan pada bagian tubuhnya, yakni kemaluannya besar. Oleh sebab itulah ia disebut Bejid Manai.
  5. Belang patung lahir dan setiap ruas tulangnya belang
  6. Belang pinggang lahir dan mempunyai pinggang yang belang
  7. Belang bau lahir dalam keadaan belang dan tubuhnya bau
  8. Dara kanta' (perempuan) lahir normal tetapi mempunyai Cala (tanda hitam) dipipinya
  9. Putong Kempat (perempuan) Putong Kempat lahir dalam keadaan normal, mempunyai tubuh yang indah dan kecantikannya luar biasa
  10. Bui Nasi (awal mula adanya nasi) lahir langsung bisa bicara dan merengek minta nasi, inilah awal mula orang Pangau Banyau makan Nasi. (Baca, tentang kerajaan Sintang pada buku Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat hal.185). Menyebabkan ayah dan Ibunya memohon kepada Petara (sebutan Tuhan) untuk mengubahnya menjadi bibit padi.

Pada masa itu kehidupan di Tampun Juah diatur sesuai dengan adat istiadat yang sangat dihormati oleh masyarakatnya. Aturan adat berlaku untuk semua masyarakat Tampun Juah dan masyarakat diluarnya.

Banyak kelompok masyarakat lain yang bergabung mencari kehidupan yang lebih baik di sana. Di masa itu kehidupan manusia dan para Dewa serta mahluk halus, masih terkumpul dan saling berbicara satu sama lain layaknya manusia biasa.

Hubungan mereka sangat akrab dan harmonis antara masyarakat Tampun Juah dengan Orang Buah Kana (penduduk kayangan). Hal inilah yang memberikan berkah tersendiri bagi kejayaan dan kemakmuran Tampun Juah.

Peperangan Perebutan Kekuasaan

Kejayaan dan kemakmuran Tampun Juah didengar oleh kerajaan Sukadana (di Kabupaten Ketapang, sekarang Kabupaten Kayong Utara). Raja Sukadana pada waktu itu berkeinginan menguasai Tampun Juah. Akhirnya terjadilah penyerangan kerajaan Sukadana ke Tampun Juah.

Kerajaan Sukadana saat itu mempunyai bala tentara sakti dari suku Dayak Biaju' (Miajuk) dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Mereka mengadakan ekspansi militer pertama dari daerah Labai lawai (sekarang Tamabak Rawang) Sukadana.

Dari Lebai Lawai mereka menyusuri sungai kapuas sampai ke Teluk Air daerah Batu Ampar menuju Tayan, Sanggau, dan masuk sungai Sekayam sampai ke hulunya. Penyerangan pertama ini tidak berhasil dan dinamakan dengan Perang Sumpit, karena pada perang ini menggunakan sumpit yang pelurunya diberi ipuh (racun dari pohon ipuh).


Legenda Tampun Juah

Serangan kedua pihak musuh menyerang Tampun Juah dengan mengajak bangsa setan. Namun dengan bantuan orang bunian (orang kebenaran) dan orang kayangan, akhirnya masyarakat Pangau Bayau dapat mengalahkan musuh. Beberapa pasukan dari Tampun Juah yang gugur disemayamkan dan diberi penghargaan kepada keluarganya.

Serangan ketiga pihak musuh menyerang dengan menggunakan bangsa binatang. Ekspansi ketiga terhadap Tampun Juah inipun gagal. Para pangalima (sebutan panglima perang Dayak) dan pasukan Tampun Juah berperang menggunakan api, sehingga pasukan binatang dari kerajaan Sukadana takut dan dapat dipukul mundur.

Serangan keempat dilakukan dengan berbagai jamur beracun diladang dan sekitar pemukiman masyarakat Tampun Juah. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat Tampun Juah yang keracunan. Walau keracunan ini dapat disembuhkan, namun berdampak pada perubahan intonasi bahasa, logat dan pengucapan pada bahasa keseharian.

Pihak musuh memandang hal ini merupakan celah kelemahan dan menjadikannya sebagai jalan masuk untuk mengalahkan Tampun Juah. Pihak musuh mengirim bangsa setan untuk mengotori tempat-tampat meraka. Bahkan kotoran setan tersebut sampai ada di tempat makan, dalam tempayan, termasuk juga tempat ritual mereka.

Kejadian ini berlangsung dalam jangka waktu lama. Banyak masyarakat terkena penyakit lalu mati. Orang kayangan tidak mau tempat yang kotor dan akhirnya kembali ke tempatnya masing-masing, termasuk juga orang-orang bunian.

Menyikapi permasalahan itu maka para timanggung berkumpul untuk mengadakan Pekat Banyau (musyawarah). Dalam musyawarah tersebut diputuskan untuk meninggalkan Tampun Juah secara berangsur-angsur.

Proses keberangkatan dipimpin oleh masing-masing timanggung dan yang berangkat dahulu, harus membuat lujok (tunggul kayu) atau tanda pada setiap tempat yang dijalani kelompoknya. Hal ini dimaksudkan sebagai tanda jejak agar dapat diikuti oleh kelompok dibelakangnya dengan perjanjian:
Jika kelak menemukan tempat yang subur, enak dan cocok, mereka (orang-orang Tampun Juah) akan berkumpul lagi dan membina kehidupan seperti masa di Tampun Juah.
Sampai di sini dulu tulisan saya mengenai Legenda Tampun Juah. Cerita selanjutnya bersambung pada artikel Legenda Asal Mula Dayak Mualang. Terima kasih sudah membaca dan salam sahabat budaya.

Sumber foto Note and History - Wikipedia
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.

About the Author

Saya Ferdinan, S.Sn. dipanggil Mbah Dinan. Komposer dan peneliti independen budaya musik Dayak kalimantan Barat. Masih aktif memberi pelatihan seni musik Dayak pada komunitas di Kalimatan Barat.

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.