Realitas Religius dalam Seni
Seni sebagai ranah ekspresi estetik telah menyertai kehidupan manusia sejak awal hidupnya dan sekaligus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh kehidupan. Semuanya itu menunjukkan keunikannya dan merupakan unsur kebudayaan yang bersifat universal. Artinya kesenian itu menjadi kebutuhan hidup manusia, kapanpun dan dimanapun manusia itu berada. Seni membuat manusia merasa hidup dan merasakan suatu keindahan yang tidak dapat dibahasakan secara harafiah, namun dapat dirasakan oleh jiwa-jiwa yang lembut, karena seni adalah sebuah bahasa keindahan yang menyadur manusia dalam damai kehidupannya.
Seni merupakan pengolahan rasa, pengendapan pikiran, dan penciptaan dalam ruang kesadaran. Dalam perjalanan peng-karya-an endapan rasa, pengetahuan, nilai, dan penggambaran religius diungkapkan. Manusia tidak hanya meng-gagas, melainkan juga mengekspresikan gagasannya. Manusia juga berkinginan mengungkap nafas religius dalam kesenian yang bercerita tentang Ketuhanan, tentang alam dan fenomenanya, tentang manusia, sampai pada gejolak sosial kehidupan. Dia akan mengarahkan jalan pada kesadaran kaidah-kaidah religius itu sendiri. Sampai seni itu nantinya menyingkap keindahan dari nafas religius tentang keimanan kepada siapa saja yang membacanya.
Seni juga dapat dikatakan sebagai wadah manusia belajar tentang kebesaran Sang Pencipta. Setelah dia memahami kebesaran Tuhan, maka apa yang dilakukan dan dihasilkan dalam kehidupan manusianya akan dibarengi dengan ekspresi kepada suatu yang agung, seperti perilaku ritual dan rasa syukur atas keberhasilan dalam kehidupan . Hal ini berlaku karena penuangan rasa syukur ini dapat dikatakan sebagai pengekspresian estetik untuk tujuan kebaikan, sekaligus keindahan dalam kebaikan seni dan manusianya.
Pada kenyataannya, Apapun bentuk karya seni yang ditampilkan dalam semua kegiatan religius bukan hanya sekedar ungkapan estetis, namun disana ada dialog antara batin dan ilham yang begitu lembut dari Sang Pencipta. Dia jua yang memberi rasa kelembutan dan keindahan dalam hasil karya manusia, dan Tuhan juga memberikan segala sesuatunya ketika berada di alam karya. Maka wajar saja kalau ada yang berpendapat bahwa seni itu adalah suatu yang Agung beserta Keindahannya.
Seni merupakan ungkapan intelektualitas dan kreatifitas berupa karya manusia dalam hidup yang beracuan pada logika keindahan dan kenyamanan rasa. Karya seni sebenarnya hasil dialog rasa dengan keindahan Sang Pencipta. Karya seni itu dapat dikatakan kristalilasi sejarah yang berwujud. Sementara rasa adalah penjabaran karya dari dalam manusia itu sendiri. Inilah dua alam (dikotomi) manusia dan karya, yang pada akhirnya menjadi wadah penyadaran manusia akan kebesaran Ilahi.
Seni dipandang sebagai estetis religius dan dianggap dapat menyampaikan ide mendasar tentang Ilahiat. Walau bentuknya tidak bisa dianggap sebagai bentuk Ilahi, namun bagaimanapun manusia akan mengakui bahwa keindahan itu datang karena ilham dari Ilahi. Seni bukan Ilahi namun itulah bagian dari sedikit sekali ekspresi keindahan, kelembutan, keagungan, dan kasih ilahi untuk dipelajari manusia. Pada akhirnya keseluruhan materi seni yang ditampilkan akan menyadarkan manusia dalam perilaku religius dengan penuh kerendahan.
Seni itu bergerak dinamis sesuai tata nilai religius dalam kehidupan manusia, sehingga potensi-potensi yang selama ini terpendam dapat muncul dan memiliki kegairahan dalam memberikan makna keindahan Ilahiat. Dialah yang dapat menciptakan ruang kreatif dalam perkembangan rasa dan akal manusia kearah yang lebih baik dan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Disamping itu seni memberikan ruang apresiatif bagi manusia lainnya untuk memahami jati diri sesungguhnya, yang nantinya akan menimbulkan penghormatan kepada seluruh manusia di muka bumi ini.
Itulah seni dalam bingkai religius yang dapat memberikan ruang keindahan dan penyadaran bagi pribadi yang memahaminya dan memberikan damai dalam pelukan kelembutannya. Seni adalah oase di padang gersang kehidupan manusia. Namun seni jugalah yang selalu dipersalahkan ketika manusia tidak merasa cocok dengan segala ungkapan kejujurannya.
Publikasi Awal 15 Juni 2019
Update sesuai tanggal posting
Seni merupakan pengolahan rasa, pengendapan pikiran, dan penciptaan dalam ruang kesadaran. Dalam perjalanan peng-karya-an endapan rasa, pengetahuan, nilai, dan penggambaran religius diungkapkan. Manusia tidak hanya meng-gagas, melainkan juga mengekspresikan gagasannya. Manusia juga berkinginan mengungkap nafas religius dalam kesenian yang bercerita tentang Ketuhanan, tentang alam dan fenomenanya, tentang manusia, sampai pada gejolak sosial kehidupan. Dia akan mengarahkan jalan pada kesadaran kaidah-kaidah religius itu sendiri. Sampai seni itu nantinya menyingkap keindahan dari nafas religius tentang keimanan kepada siapa saja yang membacanya.
Seni juga dapat dikatakan sebagai wadah manusia belajar tentang kebesaran Sang Pencipta. Setelah dia memahami kebesaran Tuhan, maka apa yang dilakukan dan dihasilkan dalam kehidupan manusianya akan dibarengi dengan ekspresi kepada suatu yang agung, seperti perilaku ritual dan rasa syukur atas keberhasilan dalam kehidupan . Hal ini berlaku karena penuangan rasa syukur ini dapat dikatakan sebagai pengekspresian estetik untuk tujuan kebaikan, sekaligus keindahan dalam kebaikan seni dan manusianya.
Pada kenyataannya, Apapun bentuk karya seni yang ditampilkan dalam semua kegiatan religius bukan hanya sekedar ungkapan estetis, namun disana ada dialog antara batin dan ilham yang begitu lembut dari Sang Pencipta. Dia jua yang memberi rasa kelembutan dan keindahan dalam hasil karya manusia, dan Tuhan juga memberikan segala sesuatunya ketika berada di alam karya. Maka wajar saja kalau ada yang berpendapat bahwa seni itu adalah suatu yang Agung beserta Keindahannya.
Seni merupakan ungkapan intelektualitas dan kreatifitas berupa karya manusia dalam hidup yang beracuan pada logika keindahan dan kenyamanan rasa. Karya seni sebenarnya hasil dialog rasa dengan keindahan Sang Pencipta. Karya seni itu dapat dikatakan kristalilasi sejarah yang berwujud. Sementara rasa adalah penjabaran karya dari dalam manusia itu sendiri. Inilah dua alam (dikotomi) manusia dan karya, yang pada akhirnya menjadi wadah penyadaran manusia akan kebesaran Ilahi.
Seni dipandang sebagai estetis religius dan dianggap dapat menyampaikan ide mendasar tentang Ilahiat. Walau bentuknya tidak bisa dianggap sebagai bentuk Ilahi, namun bagaimanapun manusia akan mengakui bahwa keindahan itu datang karena ilham dari Ilahi. Seni bukan Ilahi namun itulah bagian dari sedikit sekali ekspresi keindahan, kelembutan, keagungan, dan kasih ilahi untuk dipelajari manusia. Pada akhirnya keseluruhan materi seni yang ditampilkan akan menyadarkan manusia dalam perilaku religius dengan penuh kerendahan.
Seni itu bergerak dinamis sesuai tata nilai religius dalam kehidupan manusia, sehingga potensi-potensi yang selama ini terpendam dapat muncul dan memiliki kegairahan dalam memberikan makna keindahan Ilahiat. Dialah yang dapat menciptakan ruang kreatif dalam perkembangan rasa dan akal manusia kearah yang lebih baik dan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Disamping itu seni memberikan ruang apresiatif bagi manusia lainnya untuk memahami jati diri sesungguhnya, yang nantinya akan menimbulkan penghormatan kepada seluruh manusia di muka bumi ini.
Itulah seni dalam bingkai religius yang dapat memberikan ruang keindahan dan penyadaran bagi pribadi yang memahaminya dan memberikan damai dalam pelukan kelembutannya. Seni adalah oase di padang gersang kehidupan manusia. Namun seni jugalah yang selalu dipersalahkan ketika manusia tidak merasa cocok dengan segala ungkapan kejujurannya.
Publikasi Awal 15 Juni 2019
Update sesuai tanggal posting
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
estetika,
opini,
- Realitas Religius dalam Seni - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Realitas Religius dalam Seni, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.