Jual alat musik Dayak - Buy Now!

Tersesat di Rimba Teknologi

Perkembangan teknologi itu baik, namun bisa juga menyesatkan dan menghancurkan
Tersesat di Rimba Teknologi
Perkembangan teknologi komunikasi memberi keuntungan tersendiri untuk mempermudah masyarakat berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalan pekerjaan dengan segala kemudahan dukungannya. Seperti handphone misalnya, teknologi ini akan dapat memberi manfaat banyak kalau digunakan dengan bijak atau sesuai kebutuhan. Namun salah dalam penggunaan (secara berlebihan) tanpa memandang sisi positif dan negatifnya, maka pengguna cenderung mengalami banyak kerugian. Terutama pada penggunaan aplikasi social media yang kadang kurang difahami secara mendalam fungsinya. Akhirnya banyak yang menyalahkan social media atau penggunanya karena tidak bijak. Padahal hal mendasar orang yang rugi saat berada dalam perkembangan teknologi adalah orang yang tidak bisa mengambil bagian untuk kepentingan dirinya. Misalnya handphone, kalau tidak ada mana mungkin seseorang bersosial media. Namun bila hendphone itu digunakan untuk mendukung kepentingan, untuk memudahkan, dan untuk mengembangkan segala usahanya, maka handphone sangat diperlukan. Termasuk semua perangkat aplikasi yang bisa dimasukkan kedalam handphone tadi. Jadi intinya keberadaan teknologi itu sangat berguna bagi manusia, namun bila salah menggunakan akan bisa menyebabkan celaka bagi kehidupannya.

Seperti dikatakan Babul Bahrudin dan kawan-kawan dalam Journal of Educational Social Studies, UNES Semarang (2017:21) bahwa di sisi lain teknologi komunikasi mempunyai sisi negatif yaitu merusak budaya lokal. Selanjutnya Narwoko dan Suyanto (Dalam Babul Bahrudin, 2013) menjelaskan bahwa berbagai perangkat teknologi komunikasi pada kenyataannya membawa nilai atau budaya baru yang berlawanan dengan kultur dan dengan cepat dapat mengubah pola kehidupan serta gaya hidup masyarakat. Teknologi komunikasi seperti televisi, handphone, dan internet, membawa nilai-nilai yang berbeda dengan budaya lokal yang sudah ada sebelumnya. Implikasinya masyarakat dapat terpengaruh atau meniru budaya global yang dibawa oleh perkembangan teknologi komunikasi, baik itu perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan.
Tersesat di Rimba Teknologi
Sedyawati (Dalam Babul Bahrudin, ibid) menjelaskan bahwa perubahan kebudayaan dalam masyarakat tradisional terjadi karena adanya tarikan budaya asing atau nilai-nilai baru yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang dapat menggeser budaya lokal suatu suku bangsa yaitu karena adanya perkembangan teknologi komunikasi, adanya keinginan untuk berubah, kurangnya sosialisasi tentang budaya lokal terhadap generasi muda, atau bahkan adanya nilai-nilai baru yang kontras dengan budaya lokal tersebut. Solusi yang terbaik adalah penguatan kembali pengetahuan tentang budaya lokal pada remaja sebagai bentuk upaya pelestarian kebudayaan tersebut. Sosialisasi yang dilakukan memungkinkan remaja mempunyai bekal pengetahuan sehingga dengan derasnya nilai-nilai global yang dibawa oleh perkembangan teknologi komunikasi, generasi muda sudah bisa memfilter budaya luar yang masuk sehingga tidak dapat merusak identitas suku bangsa.

Pergeseran budaya lokal yang terjadi dalam kebanyakan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat penyebabnya adalah masuknya teknologi komunikasi yang banyak membawa nilai berbeda dengan budaya yang sudah ada. Generasi sekarang dimudahkan dengan teknologi tersebut, sementara golongan tua malah hanya memposisikan diri sebagai penonton. Artinya mereka terima bersih saja dari perkembangan digital sekarang dan masih menjalankan pola lama. Artinya ada perlakuan yang dipertahankan dalam perilaku sosial budaya mereka. Namun banyak juga yang beralasan mereka sudah terlambat untuk belajar teknologi kekinian dan akhirnya membiasakan diri untuk tidak membutuhkan teknologi tersebut. Akhirnya ada pemisahan wilayah tersendiri dalam penggunaan teknologi. Generasi muda asik sendiri dengan teknologi tanpa memandang kebutuhan hakiki, sementara yang tua asik bergelut dengan adat dan tradisi tanpa sadar untuk memanfaatkan kemudahan teknologi. Akhirnya, yang muda disesatkan dalam belantara teknologi dan yang tua ditenggelamkan dalam lautan peradaban kekiniaan.

Saat ini seluruh pemerintah Kabupaten/ Kota di Kalimantan Barat membuat banyak program kegiatan berkaitan dengan perkembangan seni tradisi yang dianggap hampir mati. Mereka ketakutan kalau seni yang ada mati atau terlupakan oleh generasi selanjutnya. Beberapa usaha pengembangan dilakukan dan terlalu banyak dana digelontorkan untuk pelestarian. Namun jika kita melihat hasil yang dicapai, sungguh jauh dari harapan. Artinya seni tradisi tetap saja jalan ditempat, berjalan dan masih terpelihara karena ada upacara adat atau ritus sakral yang dijalankan masyarakatnya selama ini. Intinya masyarakat masih berkutat dengan pola lama dalam perilaku sosial mengenai adat dan budaya, sementara kaum muda terlena dalam kebaruan yang dibawa teknologi dalam genggaman mereka. Sangat disayangkan tidak ada keterkaitan antara pemerintah dan masyarakat, sehingga perkembangan teknologi berjalan sendiri-sendiri tanpa dimaksimalkan.

Pada sisi yang lain banyak yang menganggap kerja pemerintah sudah maksimal. Namun kenyataannya belum menyentuh sama sekali makna pelestarian itu sendiri. Sampai saat ini kebanyakan badan pemerintah yang berhubungan dengan pelestarian seni tradisi di Kalimantan Barat belum menyentuh pengembangan. Yang ada hanya pada tarap pengenalan. Coba kita bayangkan, sudah berapa tahun pelestarian (menjaga, mengembangkan, dan memfungsikan) dilakukan pemerintah? Tentunya sudah dari jaman dulu. Tapi manfaatnya bagi kesenian dan masyarakat pemiliknya apa? Jangan terburu-buru kita bicarakan masalah perkembangan, pencatatan atau pendataan saja mungkin tidak ada. Kalaupun ada teknis pengarsipan pasti kurang diperhatikan alias amburadul. Kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada semua badan pemerintah yang berhubungan dengan pelestarian seni budaya daerah Kalimantan Barat, ada tidak mereka menyimpan rekaman atau data lengkap kekayaan seni budaya di daerahnya masing-masing?

Kendalanya hanya satu, kita tidak pernah mau menyentuh teknologi dalam pelestarian atau pengembangan seni budaya daerah. Akhirnya suatu alat yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mendukung hal tersebut malah menenggelamkan kita dalam dunia baru yang menawarkan segala kebingungan baru. Fahion baru, gaya berkomunikasi baru, dan semua serba baru, termasuk juga kebingungan baru yang bisa menghancurkan seni budaya itu sendiri. Perkembangan itu akan terus menyajikan hal baru, lalu mentransfer hal baru dalam pemikiran penggunanya. Kalau pandangan dan kesadaran kita tidak diperbaharui akhirnya pengguna teknologi maupun yang anti bersentuhan dengan teknologi akan terus dibarukan dengan kesesatan baru. Lebih bahaya lagi kalau cara pandang dan pemikiran terhadap seni budaya harus dibarukan dengan segala sesuatu yang baru, dimana kebaruan itu sebenarnya tidak mendukung sama sekali akan pelestarian seni budaya. Justru malah menghilangkan nilai luhur kehidupan masyarakat yang terkandung di dalamnya. Kalau sudah begini, maka sebaiknya kita “jangan tangisi tradisi”. Jelas kalau kita sendiri yang mematikan tradisi?
Tersesat di Rimba Teknologi
Solusi dari pelestarian seni budaya saat ini adalah memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin. Artinya mengambil bagian dari perkembangan teknologi seluas mungkin untuk mendukung pelestarian dan pengembangan seni budaya daerah. Margin yang harus diperhatikan adalah teknologi digital untuk generasi sekarang, seperti sanggar dan komunitas seni budaya. Sedangkan pemenfaatan teknologi untuk kaum tua adalah belajar mendokumentasikan secara sederhana kesenian yang ada ditempatnya masing-masing, bahkan kalau memungkinkan membuat adata akses kesenian tersebut. Baik mengenai data teks dan konteks secara sederhana dalam pendokumentasiannya. Disarankan pihak pemerintah juga melibatkan seniman dan orang-orang yang menguasai teknologi di daerahnya masing-masing. Tugasnya memantau dan membikin komunikasi yang mudah dan terarah untuk menampung semua data seni budaya daerah. Dengan begitu pemanfaatan teknologi dapat dilakukan dengan maksimal untuk mendukung perkembangan seni budaya Kalimantan Barat.

Pengembangan seni budaya berbasis teknologi informasi digital ini tidak pernah dilakukan. Alasannya terlalu banyak. bahkan terlalu banyak alasan yang membingungkan yang sama sekali tidak perlu dilontarkan. Termasuk alasan berkaitan dengan program permbangunan pemerintah yang kadang layak untuk ditertawakan. Maaf saya tidak menertawakan program pemerintahnya, tapi alasan banyak pihak untuk mengusung teknologi dalam mendukung pelestarian dan pengembangan seni budaya daerah di Kalimantan Barat. Kalau masih banyak alasan juga, tunggu saja kehancuran seni budaya kita. Saat itu jangan pernah kita bicarakan lagi kenangan agungnya budaya dan peradaban yang sebenarnya sudah kita simpan dalam laci usang cita-cita. Hanya saja, kita harus menyadari, kalau kita adalah pembunuhnya.
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.

About the Author

Saya Ferdinan, S.Sn. dipanggil Mbah Dinan. Komposer dan peneliti independen budaya musik Dayak kalimantan Barat. Masih aktif memberi pelatihan seni musik Dayak pada komunitas di Kalimatan Barat.

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.