Kesenian tradisi di Kalimantan Barat berkembang sesuai tujuan pelakunya. Perubahan bentuk dan orientasi pertunjukan dari pertunjukan gratis menjadi komersil umumnya disajikan untuk menjawab tantangan ekonomi dalam pengelolaan, seperti pembiayaan kelompok kesenian, popularitas, sampai pada industri dan penyesuaian dengan perkembangan zaman.
Ketika seni pertunjukan dibarisan depan dijadikan sebagai alat propaganda, maka ada yang harus berubah menyesuaikan dengan kebutuhan propaganda tersebut. Lalu lambat laun menjadi kebiasaan dalam pembawaan hidup keseharian dan terus berlanjut sampai kita lupa diri.
Kebanyakan seni pertunjukan yang syarat dengan kesakralan harus berganti dengan sekuleritas ketika masuk dalam industri apa saja. Ketidak-mengertian pelaku kesenian juga ikut memberi warna, sampai pada otoritas nilai yang boleh atau tidak boleh dihilangkan.
Orientasi penyesuaian dengan kebutuhan industri menyebabkan segala yang dilarang harus berubah atau dihilangkan, oleh karena itu kandungan nilai budaya mengalami degradasi dan cenderung menghilangkan bentuk aslinya.
Kebutuhan penggarapan seni pertunjukan itu bebas dan tidak menolak perkembangan. Bahkan perkembangan itu juga harus sejalan dengan perkembangan zaman. namun pada sisi lain kita juga ingin mempertahankan keaslian bentuk dan nilai yang sudah ada. Bagian inilah yang menjadi dilema tersendiri dikalangan seniman, bahkan seniman akademis sekalipun.
Perkembangan zaman itu sebenarnya memaksa kesenian ikut maju sesuai waktunya, namun bagi sebagian mereka yang memahami esensi perkembangan tidak terjebak dalam jargon industri semata. Mereka tetap membawa perkembangan namun tidak membabi buta merubah esensi dari keasliannya.
Kebanyakan masalah yang tidak difahami pelaku kesenian adalah orientasi perkembangan itu sendiri. Artinya perkebangan tidak memaksa bentuk baru karena ada kebebasan didalamnya. Ketika perkembangan dipandang sebagai kebutuhan, maka sebenarnya objek kesenian akan bersifat fleksibel (lentur), dan bisa menyesuaikan.
Pada sisi lain seniman tidak memaksa kesenian menjadi bentuknya yang lain. Artinya kesenian baru yang dilahirkan oleh seniman tidak dipaksa menjadi bentuk baru yang asing namun memaksa diakui sebagai kesenian tradisi (walau dalam koridor penggarapan).
Kebanyakan seniman hanya beralasan “mengkreasikan” seni pertunjukan yang berpijak pada tradisi. Namun sekali ditanya sumber pijakannya (baik tari maupun musik) cenderung tidak mengerti mana bentuk dan dari mana asal sumbernya.
Kebanyakan pelaku seni hanya mementingkan bentuknya yang baru, namun kehilangan jejak tradisinya sendiri. Lalu memaksa menyodorkan konsep sebagai alasan yang sengaja dihubung-hubungkan.
Fenomena perkembangan seni tradisi dalam era global tidak memaksa kesenian itu ikut berubah. bahkan sesuatu yang bertahan itu kadang dianggap unik dan banyak orang yang merindukan keasliannya.
Suatu yang selama ini dibiarkan dan terus “mengoperasi plastik” kesenian daerah.
Kebanyakan dari kita hanya diam saja melihat hal ini terjadi dan kebanyakan juga tercebur dalam keasikan ketika kesenian itu bisa menghasilkan uang. Kita membiarkan kesenian daerah digiring dalam industri tanpa wajah dan menyesatkan generasi kita sendiri.
Saya tidak menolak perkembangan, karena perkembangan itu adalah suatu keharusan. Saya juga tidak anti perubahan. Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa perubahan itu bukan merubah bentuknya secara keseluruhan dan wajahnya yang sama sekali tidak kita kenali.
Perubahan itu memerlukan bebaruan, baik dalam bidang teknik, dan kerapian penataan suatu yang masih asli.
Ketika seniman masuk dalam koridor penciptaan yang berpijak pada tradisi, harus menjaga nilai dan sesuai dengan kebaruan itu sendiri. Artinya tidak merubah esensi dan tidak menghilangkan ciri (ke-khas-an) kesenian tradisi.
Banyak seniman tidak memahami arti penataan, kreasi, dan penciptaan. Jika kamu menata maka yang kamu perlukan adalah menata ulang agar terlihat lebih rapi dan indah, tanpa harus merubah bentukaslinya.
Misalnya kamu mengajarkan penari atau pemusik agar bergerak yang benar agar terlihat lebih luwes dan lebih enak dipandang.
Agar seniman tidak sesat diladang tradisi
Jika kamu mengkreasikan, maka kamu merubah beberapa bentuk gerak, alur, dan beberapa pola yang ada dengan tidak menghilangkan esensi bentuk dan nilai yang asli.
Kamu sah saja membuat bentuk yang baru tapi tetap ada ciri khas tradisi yang kamu kreasinya. Artinya tidak menghilangkan keaslian bentuknya secara serampangan.
Jika kamu menciptakan, artinya kamu mempunyai peluang olah bentuk lebih luas dan bisa saja berangkat dari rangsang objek kesenian lainnya.
Dalam penciptaan karya seni banyak yang akan dibuat namun esensi keaslian bentuk dan ciri khas tetap dipertahankan. Bahkan sampai pada kesenian kontemporer sekalipun.
Lihat saja seorang Fery Sape ketika memainkan sapenya dengan berbagi teknik, namun tidak menghilangkan esensi dari musik sape itu sendiri, baik dalam bentuk tradisinya dalam penciptaan, penggarapan, dan pengkreasian musik sape sesuai perkembangan zaman.
Pemahaman kata grapan, kreasi, dan penciptaan itu sederhana namun penting untuk difahami secara jelas. Agar tidak ada pelaku kesenian yang terjebak dalam kesesatan persepsi dan berakibat penghilangan nilai budaya dalam kesenian.
Seniman bebas dan tidak ada batasan dalam berbuat.
Pada sisi yang lain, antara etika, estetika, dan logika juga harus bisa bersinergi dalam kesenian yang dibuatnya. Ini juga yang menentukan semua karya seni itu bisa diterima oleh masyarakat sebagai suatu yang indah dan mencerahkan, atau ditolak karena bertentangan dengan rasa, nilai, dan logika kelayakan disuatu masyarakat.
Seniman memang mempunyai kebebasan, namun bukan kebablasan. Seniman memang mempunyai cara berpikir sendiri, namun tidak harus memaksa opini kepada sebagian orang. Termasuk tulisan saya ini, saya tidak memaksakan pemikiran saya kepada anda.
Semua kembali kepada pribadi masing-masing, dan silahkan merasakan kebebasan pribadi masing-masing juga, tanpa merasa paling benar dan menolak esensi nilai budaya. Karena jika kamu menolaknya, kamu akan tersesat diladang perkembangan tradisi yang tiada bertepi.
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: +62 811-5686-886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: +62 811-5686-886.
Kategori :
estetika,
opini,
- Seniman yang tersesat diladang tradisi - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Seniman yang tersesat diladang tradisi, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.
Posting Komentar