X9xcVhvrbaHv8NGGDcJ82aFgqHYD11qjhxNfbypG
Bookmark

Peneliti kesenian yang Kebingungan

Peneliti kesenian yang Kebingungan

Kebanyakan peneliti kesenian hanya fokus pada cultural studies, dalam penelitian kesenian. Sementara kajian bentuk hanya dibahas sekilas, itupun hanya melalui ranah yang berkaitan dengan culture studies tadi. Akhirnya informasi bentuk kesenian berujung pada pembicaraan eksistensi saja. 

Ketika ditanyakan ciri khas dari bentuk keseniannya, kebanyakan hanya dijawab singkat dan sama sekali tidak membuat tambah mengerti, malah cenderung membingungkan. Perlu difahami bahwa, bahasan budaya yang melekat dalam suatu kesenian itu berbeda dengan bentuk kesenian. 

Andai ditemui dalam satu kesenian kajian bentuk, estetika dan latar belakang budaya terkait satu sama lain, itu karena memang sifat kesenian adalah kesatuan, yang memungkinkan nilai-nilai luhur budaya masyarakat melekat bersamaan.

Secara gamblang dapat dikatakan, kajian budaya lebih fokus membicarakan fungsi kesenian dalam suatu masyarakat, Sehingga dianggap penting keberadaannya (eksistensi). Sementara kajian bentuk kesenian membicarakan ciri dan nilai dalam bentuk kesenian itu sendiri. 

Culture studies dan kajian bentuk itu memang saling berhubungan, namun ketika seorang peneliti lebih banyak berbicara fungsi, akhirnya membicarakan pula pengaruh dan perubahan terkait bentuknya. Lambat laun kajian dapat saja menghilangkan esensi kajian bentuk dari kesenian yang ditelitinya.

Alangkah baiknya ketika seorang peneliti dapat membahas keduanya secara berimbang. Memang katerkaitan keduanya saling memberi nilai dan saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu keseimbangan muatan dalam penelitian mengenai kajian bentuk dan budayanya akan lebih memperjelas wajah kesenian sebenarnya, jangan hanya berat sebelah.

Kajian bentuk kesenian mengutamakan "gerak ritme" dipakai sebagai subtansi dasar, artinya perjalanan ritme itu menentukan tingkat keindahan yang akan dirasakan manusia. Alur musik, gerak tari, dan dialog dalam seni teater itu dihidupkan dari gerak ritme, baik itu cepat atau lambat tempo permainan, maupun panjang pendeknya suatu bunyi, gerak, dan dialog dalam membawakannya. 

Gerak ritme inilah yang akan membuat ciri tertentu, rasa tertentu, sampai ciri khas bentuk suatu kesenian. Bayangkan saja, jika gerak ritme ini hanya dilewati dalam penelitian, maka sudah pasti bentuk, ekspresi, dan gaya dari kesenian itu akan kabur, dan bisa saja hilang tanpa tercatat dalam laporan penelitian.

Saya masih ingat apa yang dikatakan dosen sewaktu kuliah di ISI Yogyakarta, “jika kamu hanya membahas tentang fungsi dan berakhir pada eksistensi, maka sebenarnya kamu hanya membuat deskripsi yang lahir dari opini masyarakatnya. 

Oleh karena itu, kajian bentuk itu juga penting, karena akan mengarahkan kita pada ciri khas, bentuk, dan gaya kesenian itu sendiri. Sehingga kesenian tersebut dapat dikenali dengan jelas”. 

Ketika ingin dikembangkan, maka kita tidak menghilangkan ciri khas saat menggarapnya. Ini penting, karena ini juga tugas peneliti untuk menyadarkan masyarakat tentang bentuk kesenian sebagaimana aslinya. Jangan sampai kehilangan jejak dalam penggarapan baru nantinya”.

Secara teoritis, peneliti kesenian yang banyak berpijak pada latar belakang budaya cenderung hanya memandang fungsi kesenian untuk masyarakat. Sementara perilaku masyarakat yang berpengaruh pada kesenian itu jarang sekali dibahas.

Kita sadar, pengaruh perilaku masyarakat terhadap kesenian akan berimbas pada bentuk. Namun pada termin berbeda ini sangat penting dibahas untuk memperjelas bentuk kesenian itu sendiri.

Kebanyakan visual musik, tari, dan teater secara keseluruhan bisa saja ditiru atau dibuatkan baru, namun ciri khas itu menentukan keaslian wajah kesenian itu sendiri. Ciri khas inilah hakikat sebuah kebudayaan. Melalui ciri khas ini juga sebuah kebudayaan terbentuk dengan segala nilai luhur kehidupan masyarakat pemiliknya. Ini yang harus diperhatikam. 

Setidaknya untuk modal pelaku kesenian agar tidak tersesat dalam memahami bentuk, mengenali ciri khas, dan mengerti gaya dari kesenian aslinya. Satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan, dengan mengenali bentuk kesenian, setidaknya kita tidak tersesat saat membuat garapan baru.

Kamu boleh dan bebas saja memainkan sape dengan cara tapping, bending, dan cara lainnya. Namun sape itu mempunyai cara bermain tersendiri sehingga mengeluarkan ciri musik tersendiri pula. Ciri inilah yang tidak terdapat pada permainan alat musik lainnya. Ciri inilah yang membuat sape berbeda dengan alat musik petik lainnya, dan itulah ciri budaya masyarakat yang digambarkan oleh musik sape.

Sederhana saja, bedakan antara bermain musik dan memainkan alat musik. Jika kamu bermain alat musik, bebas saja dengan penerapan teknik apapun. Namun ketika kamu memainkan musik, maka ada kaidah teknik yang akan menentukan suara dengan ciri khasnya. Itu yang harus kamu kuasai dan itu yang menentukan berhasil tidaknya kamu menyatu dengan apapun yang dilakukan dalam berkesenian.

Kenyataannya, cultural studies itu penting, namun kajian bentuk juga penting. Ada beberapa penliti menganggap dalam cultural studies juga sudah mencakup kajian bentuk. Namun kenyataannya banyak terlewat oleh peneliti sendiri. Jangan terlalu melebarkan cakupan pembahasan. 

Sederhanakan saja dalam membuat masalah dalam penelitian dan sederhanakan juga bahasa dalam pelaporannya. Karena penelitian kamu tidak untuk dikonsumsi sendiri, namun akan dibaca oleh orang banyak untuk pembelajaran.

Intinya tulisan ini hanya sebuah saran untuk mengingatkan, bukan merendahkan usaha dan nilai dari apa yang anda teliti. Semua kembali kepada pribadi penelitinya, dan itu akan menentukan hasil akhir dalam pelaporan. Ingat seorang peneliti itu adalah ilmuan yang mencerahkan, bukan pemberi kabar yang menyesatkan.
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: +62 811-5686-886.
إرسال تعليق

إرسال تعليق

Tinggalkan komentar anda