X9xcVhvrbaHv8NGGDcJ82aFgqHYD11qjhxNfbypG
Bookmark

Surat Panjang untuk Balaan Tumaan

Mugaa To karya musik Balaan Tumaan Pontianak
Pementasan Musik Mugaa' To' Karya Balaan Tumaan berkolaborasi dengan World Opera Lab

Surat ini saya tujukan untuk sahabat Balaan Tumaan. Ketika saya melihat pementasan dan menelusuri jejak spiritual Mugaa' To', saya mendapati realitas kesakralan sebuah sungai. Tulisan ini menelisik kedalaman makna sungai ketika dibawa pada cara pandang masyarakat Dayak di Kalimantan Barat secara umum, karena saya melihat sungai adalah sebuah manifesto luhur yang berhubungan erat dengan kepercayaan masyarakat Dayak. Sebuah manifestasi dikotomis yang menggambarkan eksistensi keterhubungan alam manusia dan roh para leluhur. Oh ya, salute untuk penampilan musik kawan-kawan Balaan Tumaan berkolaborasi dengan World Opera Lab pada 5 September 2024 di Port 99 Pontianak, Kalimantan Barat. Keep spirit and do the best.

Sungai sebagai Simbol Spiritual Masyarakat Dayak

Sungai bagi masyarakat Dayak Kalimantan Barat memiliki makna spiritual dan dianggap sebagai simbol kehidupan, kesuburan, serta jalur komunikasi dengan roh leluhur. Pengejawantahan sungai sebagai sumber kekuatan ilahiat telah memberi hidup kepada mereka, baik dengan cara dimanfaatkan langsung, termasuk adanya kepercayaan bahwa penghuni sungai bisa memberi pengaruh terhadap kehidupan. Sungai dipandang sebagai manifestasi dikotomi yang menyelaraskan antara alam manusia dan alam transenden. Artiinya keberadaan sungai selain bermanfaat untuk kehidupan, kerap kali dipakai sebagai penghubung antara manusia dengan kekuatan supranatural tertentu berdasarkan kepercayaan lama dalam masyarakat Dayak.

Sungai adalah jalan menuju alam lain yang tidak terjamah oleh kehidupan manusia seperti biasanya. Perlakuan terhadap sungai harus dilalui dengan berbagai aktifitas ritual, sehingga dimensi gaib sungai akan terbuka dan memungkinkan masyarakat Dayak berhubungan dengan panghuni dimensi transenden tersebut. Perlakuan ritual inilah yang akhirnya menjadi sebuah pola interaksi ilahiat, dimana manusia Dayak menyatakan keberadaan sungai dengan segala kekeramatan dan keagungannya, sehingga sungai dihormati sebagai bagian dari kehidupan meraka. Sampai pada penggunaan simbol-simbol terkait dengan sungai sering kali diungkapkan melalui aktifitas ritual pada suku Dayak Kayaan Mendalaam.

Beberapa kepercayaan masyarakat Dayak mengatakan bahwa tanah dianggap layaknya tubuh, sedangkan air yang disimbolkan dengan sungai adalah roh. Tanah dan sungai tidak dapat di pisahkan, oleh karena itu penyelarasan keduanya harus dilakukan. Penyelarasan itu biasanya dilakukan dengan aktifitas ritual yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan bagi kehidupan manusia di alam nyata. Inilah yang menyebabkan sungai dianggap nadi kehidupan oleh masyarakat Dayak. Tanpa air tanaman tidak akan tumbuh. Tanpa tanah tumbuhan tidak dapat hidup.

Manusia semakin dewasa dengan mencintai lingkungan hidupnya, karena alam mencukupi kehidupan. Manusia pada dasarnya tidak terlepas dari lingkungan hidupnya, harus tumbuh dan berkembang selaras alam, dengan segala watak dan kepribadian yang tenang dan damai, penuh kasih sayang (Arif Sumantri, 2010:266). Manusia idealnya mempunyai kesadaran atas hidupnya yang menjadi bagian dari alam, sehingga segala aktivitasnya dipertimbangkan agar tetap berada dalam keselarasan. Selarasnya hidup dengan alam akan membawa kebaikan manusia itu sendiri, termasuk hubungan manusia dengan roh leluhur. Artinya, manusia berkewajiban untuk menjaga keselarasan dalam lingkungan hidup. Keselarasan itu sangat penting artinya bagi kehidupan manusia sendiri. Keselarasan dalam lingkungan hidup dibutuhkan demi kualitas hidup manusia yang berujung pada kebahagiaan (Suastika, 1992:96).

Sungai sebagai Sumber Kehidupan dan Kesuburan

Dalam kehidupan masyarakat Dayak, sungai memainkan peran penting sebagai penopang kehidupan sehari-hari. Air sungai bukan sekedar digunakan untuk minum, memasak, mencuci, dan irigasi ladang. Sungai tempat awal kehidupan, baik secara fisik maupun spiritual. Oleh karena itu banyak mitologi dalam masyarakat Dayak mengaitkan sungai dengan roh-roh suci yang menjaga dan mengatur keseimbangan alam. Masyarakat Dayak percaya bahwa sungai tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi makhluk fisik seperti ikan dan hewan air lainnya, tetapi juga tempat bersemayamnya roh-roh leluhur. Sungai menjadi jalur penghubung antara dunia atas dan bawah. Manusia yang berada di dunia bawah kerap mendapat manfaat dari dunia atas. Air yang mengalir dari gunung ke dataran rendah dianggap sebagai simbol kesuburan, karena aliran tersebut membawa kehidupan ke ladang-ladang pertanian dan hutan-hutan sekitarnya. Karena pandangan ini, masyarakat Dayak mempunyai rasa hormat dan terima kasih yang mereka ungkapkan melalui ritual. 

Sungai dianggap sebagai jalan utama yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh. Masyarakat Dayak percaya bahwa aliran sungai adalah saluran yang menghubungkan bumi dengan langit, sehingga menjadikan sungai sebagai media untuk berkomunikasi dengan para leluhur dan makhluk spiritual lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, sungai juga dipercaya sebagai tempat dimana para leluhur bisa "turun" untuk memberi restu atau bimbingan kepada keturunan mereka yang masih hidup. Hal inilah yang tergambar dalam Mugaa' To', karya musik Balaan Tuman.

Balaan Tuman membaca spirit sungai dengan membuat tafsir baru melalui bunyi yang berangkat dari tulisan tentang tradisi di Kayaan Mendalaam. Rangkaian bunyi itulah sebagai simbol holistik masyarakat Dayak Kayaan yang menghormati hubungan dengan alam dan roh para leluhur. Balaan Tuman bukan pembawa berita budaya, namun mereka adalah bagian dari masyarakat dimana Mugaa' To' itu dilahirkan. Beberapa ritual itu dinyanyikan bersama sebagai senandung sungai dengan segala penghormatan. Sungai dianggap sebagai simbol penyatuan antara roh leluhur dengan manusia, sehingga ekologi dimana Mugaa' To' dilahirkan adalah bahasa nilai-nilai kesakralan masyarakat Dayak Kayaan Mendalaam. Mereka ingin membisikkan semangat spiritual sungai sebagai roh yang menghidupi bumi. Sungai yang membasahi nafas langit. Antara bumi sebagai jasad dan langit sebagai nafas, dihidupkan oleh sungai sebagai roh. Penyatuan trilogi spiritual itulah yang dilahirkan Balaan Tuman dalam harmoni bunyi.  

Pementasan Musik Mugaa' To' Karya Balaan Tumaan berkolaborasi dengan World Opera Lab

Mugaa' To' dalam Dialektika Ritual Sungai

Sungai sering menjadi pusat upacara dan ritual dalam kehidupan masyarakat Dayak. Banyak tradisi adat yang dilakukan di sungai. Upacara ini berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, mulai dari kelahiran, pernikahan, perlindungan, hingga kematian. Salah satu upacara yang dilakukan disungai adalah Ritual Mugaa' To', upacara mengusir roh jahat yang mengganggu kampung. Ketika sebuah bala tidak lagi bisa ditolerir melalui ritual biasa, maka masyarakat Kayaan Mendalaam mulai mengadakan hubungan dengan roh laluhur melalui sungai. Kekeramatan sungai dianggap bisa mengatasi permasalahan mereka, sehingga mereka melakukan ritual itu di sungai.

Secara umum, Mugaa' To' bisa dipandang sebagai upacara ritual penyucian atau pembersihan. Air dianggap memiliki kekuatan untuk membersihkan, tidak hanya kotoran fisik tetapi juga kekotoran spiritual. Upacara pembersihan biasanya dilakukan sebelum seseorang memasuki fase kehidupan yang baru, seperti pernikahan, atau mengusir pengaruh jahat yang bisa berakibat buruk bagi kehidupan masyarakat. Air sungai digunakan untuk membersihkan tubuh dan jiwa seseorang dari pengaruh negatif, sehingga kehidupan manusia kembali baik. Mereka meminta restu roh-roh penjaga sungai. Dalam upacara ini, masyarakat akan memberikan sesajen berupa makanan, minuman, atau benda-benda suci ke sungai sebagai bentuk persembahan. Upacara ini dilakukan dengan harapan bahwa roh-roh sungai akan menjaga dan melindungi mereka dari marabahaya serta memberikan keberkahan dengan menghilangkan bala dikampung mereka.

Pada beberapa kebudayaan Dayak, sungai mempunyai peranan penting terkait upacara kematian. Masyarakat Dayak memiliki tradisi yang unik dalam proses pemakaman, di mana arwah orang yang meninggal dianggap harus menyeberangi sungai untuk mencapai dunia akhirat. Dalam beberapa tradisi, tubuh orang yang telah meninggal akan dihanyutkan ke sungai dalam sebuah upacara tertentu. Ini melambangkan perpindahan jiwa dari dunia fana ke dunia roh. Dalam hal ini, sungai menjadi simbol transisi antara kehidupan dan kematian dianggap lorong spiritual menuju alam gaib, tempat dimana kehidupan selanjutnya dimulai. Pendangan seperti inilah yang menjadikan sungai sebagai bagian hidup yang menghidupkan, karena dari sungai dunia Dayak menjadi hidup, sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup manusianya. 

Dua prosesi ritual di atas mempunyai perbedaan, namun mempunyai kesamaan pandangan dan peletakan posisi nilai sebuah sungai dalam kebudayaan Dayak. Multitafsir nilai sungai bukan dimaknai kesenjangan persepsi, namun kemajemukan nilai yang melahirkan berbagai macam fungsi. Sungai sebagai suatu yang menghidupi tidak dipandang sempit oleh masyarakat Kayaan Mendalaam, namun sebuah daya hidup yang mencukupi berbagai kebutuhan manusia. Begitu juga yang digambarkan Balaan Tumaan, mereka memandang sungai dari berbagai persepsi bunyi dan dari berbagai budaya yang ada di Kalimantan Barat. Musik yang disajikan adalah kemajemukan ide-ide Balaan Tumaan. Sedangkan koherensi dari ide adalah keutuhan karya musikal Mugaa' To'. Inilah yang membuat Mugaa' To' itu hidup, seakan dihidupkan kembali untuk dihormati dan dipandang sebagai bagian kehidupan manusia manapun juga, dan itu berhasil dilakukan oleh Balaan Tumaan. 

Kosmologi Sungai dalam Kebudayaan Dayak

Posisi sungai dianggap sangat penting dalam kosmologi Dayak. Sungai dianggap sebagai salah satu poros utama kehidupan, bukan hanya dalam konteks fisik tetapi juga spiritual. Dalam beberapa cerita, sungai adalah jalan menuju alam gaib, di mana roh-roh leluhur berdiam dan mengawasi kehidupan di bumi. Mereka percaya bahwa sungai adalah tempat di mana dua dunia bertemu, yaitu dunia nyata yang kita huni dan dunia roh yang tak kasat mata. 

Sungai sering kali digunakan sebagai jalur komunikasi antara manusia dengan leluhur atau roh-roh penjaga. Dalam beberapa ritual, dukun atau pemimpin spiritual Dayak akan mendekati sungai untuk mendapatkan wahyu atau petunjuk dari alam gaib. Beberapa prosesi ritual itu dilakukan dengan bermeditasi di tepi sungai, atau bahkan menyelam ke dalam air untuk memasuki kondisi spiritual yang mendalam. Air sungai dianggap sebagai medium yang dapat memperjelas hubungan antara dunia nyata dan dunia gaib, memungkinkan dukun atau orang-orang yang memiliki kekuatan spiritual untuk berkomunikasi dengan entitas-entitas yang ada di luar jangkauan manusia biasa.

Sungai juga sering kali menjadi tempat di mana tanda-tanda dari alam gaib muncul. Misalnya, arus sungai yang berubah tiba-tiba, warna air yang berbeda, atau munculnya hewan-hewan tertentu di dekat sungai, dianggap sebagai pesan dari dunia roh. Dalam tradisi Dayak, tanda-tanda ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati, karena mereka bisa membawa pertanda baik atau buruk bagi kehidupan manusia.

Pementasan Musik Mugaa To Karya Balaan Tumaan berkolaborasi dengan World Opera Lab
Pementasan Musik Mugaa' To' Karya Balaan Tumaan berkolaborasi dengan World Opera Lab

Sungai sebagai Identitas Kebudayaan

Sungai bukan hanya sumber kehidupan dan simbol spiritual, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Dayak secara umum. Banyak nama sungai di Kalimantan yang diambil dari bahasa Dayak, dan setiap sungai memiliki makna yang khusus bagi komunitas yang tinggal di sekitarnya. Sungai juga sering kali menjadi batas alami yang membedakan wilayah-wilayah adat satu dengan yang lainnya. Lebih jauh lagi, kehidupan di sekitar sungai telah membentuk banyak aspek kebudayaan Dayak, mulai dari cara bertani hingga kesenian. Misalnya, motif Dayak sering kali terinspirasi oleh bentuk-bentuk alam, termasuk arus sungai, pepohonan di tepi sungai, dan makhluk-makhluk yang hidup di dalamnya. Banyak motif Dayak lahir dari ekologi sungai, seperti ketam (kepiting kecil), nabau (ular besar), buaya, Sulur Pakis (tumbuhan pakis) yang tumbuh tidak jauh dari sungai, bahkan sampai pemanfaatan bahan baku tumbuhan dipinggir sungai untuk dijadikan bahan kerajinan.

Sungai juga menjadi tempat di mana cerita-cerita tradisional dituturkan dari generasi ke generasi, memperkuat hubungan antara sungai dengan identitas budaya yang mereka miliki. Bagi masyarakat Dayak, sungai adalah representasi dari aliran kehidupan, dari awal hingga akhir, serta penghubung antara dunia manusia dengan dunia roh. Meskipun kini modernisasi dan pembangunan mengubah banyak aspek kehidupan di Kalimantan Barat, sungai tetap menjadi elemen penting dalam spiritualitas dan identitas masyarakat Dayak. Keberlanjutan sungai sebagai simbol spiritual memerlukan perhatian yang serius, karena kelestarian sungai juga berarti menjaga keharmonisan hubungan antara manusia, alam, dan dunia roh dalam pandangan masyarakat Dayak. 

Sungai dalam kehidupan masyarakat Dayak bukan hanya sekadar sumber daya alam, tetapi juga simbol spiritual yang memiliki makna mendalam. Sebagai jalur penghubung antara dunia nyata dan dunia gaib, sungai menjadi pusat berbagai ritual dan mitos yang menghubungkan manusia dengan leluhur dan alam semesta. Pemahaman ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga kelestarian sungai, karena sungai adalah simbol yang tidak hanya memelihara kehidupan fisik tetapi juga spiritual. Bagi masyarakat Dayak, sungai adalah tempat di mana kehidupan bermula dan berakhir, serta tempat di mana dunia manusia dan dunia roh bertemu dalam keharmonisan.

Reposisi Keindahan untuk Balaan Tumaan

Saya tidak membicarakan keindahan karya Mugaa' To', karena keindahan itu adalah rasa. Ketika kita bicarakan keindahan, maka akan melahirkan takaran berbeda dalam nalar yang berbeda pula. Sementara saya juga tidak membacanya sebagai alarm yang berbunyi indah yang harus disadari untuk dilestarikan. Karena fakta sebuah sungai bukan pesan, namun kenyataan penghormatan sesungguhnya yang membuat sungai itu mempunyai posisi penting sebagai bagian kehidupan manusia.

Jika kamu melihat sungai dan menangkap pesan darurat yang harus dilestarikan, maka kamu hanya menganggap sungai adalah “pemberi” hidup bagi manusia. Maka kamu akan menganggap sungai harus dijaga agar “dapat terus memberi”, namun pada sisi lain banyak kelalaian yang dilakukan karena ketidak perdulian manusia dalam pandangan ini. Fungsi sungai terkesan dipandang bermanfaat sepihak saja, namun melupakan kewajiban manusia terhadap sungai. Jika kamu menganggap sungai adalah bagian hidup, maka kamu akan mencintai sungai sebagai kekasih. Saya hanya menyadari kalau sungai adalah bagian dari kehidupan, dia harus dihormati dan dicintai karena sungai adalah roh kehidupan manusia, terutama dalam budaya masyarakat Kayaan Mendalaam.


Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
0

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda