Sebentar lagi kita melakukan pemilihan Gubernur dan Kepala Daerah, termasuk wakil rakyat di Kalimantan Barat. Sebenatar lagi akan banyak propaganda politik dengan retorika kebudayaan. Sementara kenyataannya, pembangunan budaya Kalbar sangat jauh dari harapan. Tersaji sebagai pepesan kosong di atas meja rapat kerja. Namun diakui keberhasilannya melalui kata-kata indah dalam untaian visi misi. Mirisnya lagi koridor pembangunan kebudayaan daerah Kalbar dipandang sempit, sesempit dialog sederhana di warung kopi. Intinya, kita butuh seorang pemimpin, bukan pemimpi. Pemimpin yang mempunyai visi misi dan dapat mewujudkannya. Bukan pemimpi yang terlalu banyak berkhayal dan merangkumnya dengan kata-kata indah visi misi, namun tidak pernah bisa mewujudkannya.
Berbicara tentang kebudayaan tidak terlepas dari kehidupan manusia sebagai penopang kebudayaan. Kebudayaan dianggap sebagai jati diri masyarakat, mencakup semua karakteristik dan keunikannya. Kebudayaan juga sebuah bahasa universal yang mempunyai nilai penting sebagai pengejawantahan dari pemikiran, perilaku dan hasil karya manusia. Segala sesuatu yang terstruktur dan melekat dalam kehidupan masyarakat, kemudian disepakati bersama sebagai milik mereka, hingga dianggap sebagai bagian dari kehidupan masyarakatnya.
Keunikan dan karakteristik budaya pada masing-masing daerah adalah aset kekayaan bangsa yang seharusnya dijaga. Budaya adalah aset mendasar pendidikan manusia yang beradab. Dapat dikatakan budaya sebagai pondasi peradaban masyarakat dan menjadikan manusia itu mempunyai kehormatan. Artinya manusia itu beradab karena berbudaya, dan karena adab dalam kebudayaan akhirnya manusia mempunyai peradaban.
Pembangunan kebudayaan mempunyai dasar aturan yang jelas. Negara memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dan menjadikan Kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun berbagai macam dan luasnya tafsir kebudayaan akhirnya menjadikan pembangunan kebudayaan daerah menjadi multi tafsir dan rancu, terutama dibidang kebijakan daerah.
Banyak kebijakan daerah yang hanya berfokus pada pembangunan fisik saja, namun tidak menyentuh pemajuan kebudayaan. Pemerintah lebih memilih membangun jalan ketimbang memperkuat budaya yang ada dimasyarakat. Padahal pembangunan budaya itu penting, karena erat kaitannya dengan pembangunan manusia yang sadar akan nilai hidup dan berpikir cerdas untuk maju. Pemerintah kurang memahami kalau pemajuan kebudayaan itu merujuk pada pembangunan masyarakat cerdas, berakhlak, dan peduli terhadap kemajuan daerahnya. Hanya saja kebanyakan orang mempersempit arti dari pembangunan budaya itu sendiri.
Pemajuan Kebudayaan Kalbar kebanyakan diartikan sebatas penampilan panggung (exsebisionis), selebihnya difahami sebagai bentuk kesenian sederhana dan hanya diposisikan sebagai hiburan belaka. Arti pemajuan kebudayaan sebenarnya dikaburkan oleh sempitnya tafsir tersebut. Budaya hanya dianggap sebagai warisan purba, mempunyai nilai sejarah namun tidak pernah dipelajari, dan menjadi pajangan di etalase pembangunan yang katanya hebat. Andai kemajuan itu tercapai, maka kemajuan itu sebenarnya hanya wajah lama berganti topeng. Suatu hari nanti kebudayaan akan lapuk lalu terbuang karena kemajuan. Akhirnya yang dianggap maju, malah tertinggal oleh perkembangan jaman.
Kenapa pembangunan Kalbar selalu tertinggal? Karena kita tidak pernah memasukkan pembangunan kebudayaan dalam jajaran prioritas pembangunan. Pemerintah kalbar kebanyakan hanya menitik beratkan membangun infrastruktur, sementara pembangunan sumber daya manusia berbasis kecerdasan budaya kurang diperhatikan. Kita dapat melihat Indeks Pembangunan Manusia Kalbar tahun 2023 memang mencapai 70,47 persen, meningkat 0,76 poin (1,09 persen) dibanding tahun sebelumnya (69,71 poin). Standar pertumbuhan IPM 2023 jika dicermati lebih fokus pada cara hidup sehat dan umur panjang, serta standar hidup layak atau perekonomian yang cukup. Dari data statistik itu tidak mencakup pembangunan berbasis kebudayaan di masyarakat. Logikanya, bidang kesehatan sudah cukup baik, ekonomi juga sudah cukup baik, namun berbeda pembangunan kebudayaan yang sangat jauh tertinggal dibanding daerah lainnya di Indonesia.
Kuatnya ekonomi suatu daerah karena kuatnya budaya sebagai dasar kelangsungan pembangunan. Budaya menjadi peluang baru dalam mendukung pemajuan ekonomi masyarakat. Dulu Amerika sempat lumpuh total karena hancurnya pearl harbor. Krisis ekonomi terjadi dilingkup bawah dan berimbas pada perkembangan ekonomi masyarakat. Hal pertama yang dilakukan pemerintah Amerika bukan membangun pasar sebagai tempat tumbuh ekonomi global. Mereka mulai membangun kebudayaan. Budaya lama mulai digali dan dikaji, lalu dikembangkan dengan cara berpikir masyarakat sesuai budayanya.
Masyarakat Amerika akhirnya sadar, bahwa pembangunan ekonomi dapat dimulai dari membangun budaya yang ada dan mengembangkannya. Beberapa kesenian mulai digali dan dikembangkan untuk dipromosikan, selanjutnya dijual sebagai sajian estetis. Pembangunan masyarakat berbasis seni budaya lambat laun menjadi industri komunal dan mulai meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini ditandai dengan banyaknya karya-karya mendunia yang ditopang pemerintah. Walau modernitas terlalu mendominasi dalam perkembangan seni budaya, namun pemerintah Amerika berhasil membuat pandangan dunia untuk memberi acungan jempol terhadap kemajuan pembangunan Amerika berbasis kebudayaan.
Ketertinggalan pemajuan kebudayaan Kalbar dapat dilihat dari indeks pembangunan kebudayaan yang masih menempati ranking terendah dibanding pembangunan kebudayaan di seluruh Kalimantan (lihat: https://ipk.kemdikbud.go.id/provinsi/61). Ini menunjukkan bahwa pemerintah belum menyentuh pembangunan kebudayaan daerah Kalbar secara maksimal. Perbaikan beberapa warisan budaya juga dirasa kurang diperhatikan dan tidak menganggarkan biaya yang memadai. Mungkin masyarakat bisa memahami, karena pembangunan kesehatan dan pendidikan menjadi fokus utama. Namun bila pembangunan budaya tetap tidak mendapat perhatian khusus, maka Kalbar akan kehilangan aset. Lambat laun kebudayaan kalbar berganti menjadi kebudayaan modern yang tidak kita kenali lagi. Bangunan bersejarah sebagai bukti peradaban Kalbar akan rusak termakan usia. Jika hal ini terjadi, penyesalan. Kalbar akan menjadi daerah tanpa sejarah, bagai manusia tanpa ingatan.
Hal pertama yang diukur dalam tinggi rendahnya sebuah peradaban bukan dari kemajuan teknologi, namun dilihat dari seberapa jauh masyarakat dapat menjaga budaya dan menjadikannya sebagai pedoman kehidupan. Teknologi memang bisa menjadi “tanda” kemajuan peradaban, namun perlu juga difahami kalau yang menjadi tanda itu adalah teknologi yang diciptakan dalam suatu budaya untuk mengatasi masalah kebudayaan. Bukan dihitung dari banyaknya pengguna teknologi. Namun, jika peradaban tidak dapat dipertahankan, maka teknologi akhirnya menjadi masuk dalam masyarakat dan mendominasi peran dalam kebutuhan dan kehidupan. Sayangnnya teknologi cenderung tidak digunakan secara tepat dan bijak. Akhirnya teknologi hanya dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan hidup, namun tidak mempunyai karakter kehidupan masyarakat Kalbar itu sendiri.
Ketika kebudayaan mulai pudar, maka teknologi mengambil peran dalam kehidupan. Racun-racun teknologi timbul karena kebanyakan orang salah menafsir kebutuhan teknologi. Kebanyakan orang memandang teknologi sebagai keniscayaan yang akhirnya menjadikan kebutuhan, bahkan lebih parah lagi menjadikannya sebagai pedoman hidup. Kebanyakan orang lupa bahwa teknologi hanya alat untuk mendukung kehidupan itu menjadi lebih mudah dan cepat. Pada sisi lain, pemikiran akan laju perkembangan teknologi dipandang membahayakan bagi ketahanan budaya. Teknologi dianggap sebagai mesin pembunuh untuk kebudayaan, sehingga banyak orang, kelompok, lembaga, sampai instansi pemerintah mulai bergerak serentak menjaga budaya dari hantaman teknologi. Tanpa sengaja teknologi dianggap sebagai ancaman serius yang bisa membinasakan keberlangsungan budaya. Pada saat inilah timbul dilematik opini, bahwa suatu yang dipandang dapat mengatasi masalah kehidupan, namun sekaligus mesin pembunuh kebudayaan.
Rancunya pembangunan kebudayaan daerah karena tidak adanya aturan yang jelas sebagai pijakan untuk menjalankan pemajuan kebudayaan daerah. Kebanyakan visi misi pembangunan daerah hanya alokasi pembangunan infrastruktur. Hal ini terjadi karena kebudayaan hanya dianggap sebagai praktik sajian panggung yang akhirnya menurunkan derajat kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan hanya dianggap sebagai hiburan semata, namun tidak pernah memikirkan betapa pentingnya kebudayaan itu bagi pendidikan manusia. Artinya kebudayaan tidak pernah dianggap sebagai bahan dasar pembangunan manusia cerdas dan beradab. Akhirnya kebudayaan semakin hilang, berganti dengan masuknya teknologi yang dipandang sebagai patokan kemajuan pembangunan. Saat itulah kita menjadi manusia sesat dan menyesatkan bagi manusia dan daerah.
Kebudayaan daerah harus dipandang sebagai aset penting untuk dibangun dan diletakkan sebagai pembentuk identitas ditengah dinamika perkembangan dunia. Perlunya memposisikan kebudayaan sebagai aset penting pembangunan, agar kemajuan daerah dapat tercapai secara efektif. Pemajuan kebudayaan daerah harus diletakkan menjadi pondasi pembangunan berkarakter. Pembangunan mendasar itu harus dimulai dengan membangun ketahanan budaya, lalu dilanjutkan membangun daerah sesuai budaya setempat, lalu mencapai gemilangnya kemajuan dengan tidak meninggalkan ciri khas kedaerahannya. Karena membangun budaya dapat dijadikan rujukan dalam merumuskan program kerja pembangunan dan mengambil kebijakan-kebijakan yang akan diimplementasikan di tingkat daerah, sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Intinya membangun budaya adalah membangun manusia cerdas untuk terjun langsung dalam pembangunan daerahnya masing-masing.
Retorika pembangunan daerah tidak cukup hanya mengangkat potensi pembangunan infrastruktur semata, namun harus juga menyentuh masyarakat dengan segenap budayanya. Jika pembangunan hanya difokuskan dalam pembangunan fisik untuk menunjang pemajuan ekonomi, maka lambat laun ketahanan ekonomi akan menjadi lemah, dipaksa bersaing dan bergerak maju sesuai tuntutan zaman, namun sesat dalam membangun peradaban. Jika pembangunan daerah itu dapat menggandeng pemajuan kebudayaan, maka akan menjadi respon kecerdasan sebagai pendukung pembangunan. Sementara kemajuan teknologi akan diposisikan menjadi alat pendukung pembangunan daerah agar sesuai dengan perkembangan jaman. Maka pemerintah harus mempunyai misi “Kalbar maju dan berkarakter, kuat dan sejahtera berbasis budaya, dan berkesinambungan dengan basis penguatan kesadaran masyarakat untuk membangun daerah sesuai budayanya”.
Pemajuan kebudayaan masyarakat seharusnya dapat dijadikan alat identifikasi pemerintah dalam merumuskan berbagai isu dan masalah pembangunan di suatu wilayah, serta menentukan prioritas pembangunan yang akan dikejar dalam jangka waktu tertentu. Kebudayaan seharusnya dijadikan alat untuk melihat peluang pembangunan dan memprioritaskan kinerja mana yang paling cocok untuk dilakukan. Pemajuan kebudayaan seharusnya dijadikan alat dorong dalam melihat luasnya potensi wilayah pembangunan. Lebih penting lagi, kebudayaan dapat dijadikan alat ukur untuk mengambil kebijakan pembangunan agar sejalan dengan cita-cita masyarakatnya.
Jika pemerintah kalbar sedikit saja melihat betapa pentingnya kebudayaan sebagai modal pembangunan daerah, maka pemerintah sudah mendidik masyarakat menjadi manusia cerdas untuk mendukung pembangunan daerah berdasarkan budayanya. Suatu hal yang perlu disadari bahwa membangun itu seharusnya membangun kecerdasan masyarakat untuk dijadikan pondasi yang dapat mengatasi segala permasalahan dalam pembangunan. Membangun budaya berarti membangun kepedulian masyarakat untuk mengembangkan budayanya dalam mengisi pembangunan Indonesia. Dari situ masyarakat akan cerdas dalam ikut serta dalam pembangunan dan dapat sejalan dengan kuatnya kebudayaan Kalbar dalam kehidupan. Katahanan ekonomi yang baik, berdaulat dalam politik, dan berkarakter sesuai budaya maju oleh masyarakat sadar dan cerdas dalam peradaban.
Sebentar lagi pemilihat gubernur dan kepala daerah akan berlangsung. Adakah calon pemerintah daerah yang perduli dengan pembangunan kebudayaan Kalbar dan mau mewujudkannya? kita perlu calon pemimpin yang mau perduli dengan pembangunan kebudayaan, bukan yang terlalu banyak omong dan berhalusinasi, yang hanya dapat mewujudkan retorika “gila bayang” dalam visi misi pemajuan kebudayaan. Kita sudah lelah melihat kebudayaan kita yang semakin terpuruk dan dianggap kalah. Kita hanya mau pemimpin, bukan pemimpi, dalam mewujudkan pemajuan kebudayaan Kalbar untuk peradaban gemilang masa depan.
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
budaya,
- Kita Butuh Pemimpin Bukan Pemimpi - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Kita Butuh Pemimpin Bukan Pemimpi, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.