Reuni Seniman pada Pementasan Karya Sanggar Sanggar
Pementasan karya sanggar-sanggar yang digelar UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat yang dilaksanakan pada 17 Desember 2024 sukses di gelar. Pementasan digelar di Panggung Teater Tertutup UPT. Taman Budaya Provinsi Kalimantan Barat. Pementasan sanggar-sanggar sebagai ajang silaturrahmi insan musik, teater, dan tari Kalimantan Barat sudah memberi wadah untuk menuntaskan kangen pentas bersama antar sanggar. Setidaknya sudah memberikan angin segar kebangkitan seniman Kalbar untuk mewarnai kembali seni budaya dengan karya mereka. Sebuah wadah reuni akbar dalam merayakan kemerdekaan budaya.
Gelar seni budaya pementasan sanggar-sanggar ini juga tidak lepas dari kerja kawan-kawan seniman. Seorang yang selama ini mungkin luput dari banyak perhatian media, maupun penulis lepas tentang kebudayaan adalah sosok Anton Priyadi. Tidak banyak yang mengenal figur Anton sebagai seniman, kebanyakan orang mengenal Anton adalah tim pelaksana kegiatan dilingkup dinas pemerintahan Kalbar. Namun dibalik itu, seorang Anton pernah mewarnai dunia teater Kalbar dan sempat menjabat sebagai ketua Format (Forum Masyarakat Teater) Kalimantan Barat.
Lebih jauh lagi seniman perlu tempat untuk berkreasi, berekspresi, dan diapresiasi masyarakat. Sementara pemerintah bukan hanya sekedar melaksanakan program kedinasan, namun lebih menyadari tugas pokok dan fungsi untuk mengangkat kebudayaan sebagai kewajiban kerja. Dua motor penggerak majunya kebudayaan ini tidak boleh terhenti karena kepentingan, karena apapun yang dilakukan itu semua adalah ibadah budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia melalui kebudayaan.
Sementara penampilan teater dimeriahkan oleh Teater Topeng, Dapur Teater, Teater Terbit 12, dan Teater Komsan. Masing-masing membawa gaya dan ceritanya sendiri. Sebuah ontologi perjalanan berkesenian diambang kejenuhan, namun terbangun dengan reuni akbar pada kegiatan pementasan karya sanggar-sanggar. Sebuah penyadaran untuk seniman dari kemalasan panjang akan rutinitas tak jelas dibalik proses berkesenian.
Ketika saya dan beberapa seniman diundang rapat untuk kegiatan pementasan sanggar-sanggar, banyak yang merasa syok karena kaget. Banyak seniman harus memaksa diri sendiri bangkit menjawab kegiatan tersebut. Namun dibalik itu, saya membaca ada sirine untuk bangkit kembali dan bergerak bersama. Saya yang juga sibuk dalam rutinitas keseharian sempat kaget, karena kegiatan lumayan mendadak. Namun saya sadar, kalau panggilan perjuangan itu harus dijawab.
Kak Dai sempat berbicara kepada saya, kegiatan ini adalah sebuah perjuangan untuk kita bangkit menyambut retorika baru dalam kemajuan zaman. Perjuangan seniman harus dibuktikan dengan karya dan itu harus dijawab di panggung pementasan karya sanggar-sanggar. Karena pementasan tidak sebatas naik panggung, turun, lalu foto-foto. Sebuah panggung berkesenian adalah wilayah sakral untuk pengkaryaan dan ibadah berkebudayaan.
Sampai disini, seniman harus menyadari, bahwa kita tidak bisa hanya berjumpa dan ketawa-ketawa. Kita harus bergerak bersama, walau kadang tafsir berkesenian itu berbeda-beda. Sudah waktunya bagi seniman Kalbar membangun semangat. Menginstal ulang pemikiran, klik tombol refresh agar lebih giat dalam berkarya, lalu membangun kerjasama dengan pihak manapun juga, termasuk pemerintah. Seniman Kalbar harus memberikan kontribusi pada pembangunan selanjutnya, bukan meratapi sempitnya jalan berkesenian karena keadaan. Ingat keadaan bukan lawan, namun kadang mematikan. Jika kita mengalah dengan keadaan, maka habislah sudah.
Sementara pengunjung semakin membludak. Tribun utama terisi penuh dan yang berseliweran semakin malam semakin banyak. Berbaur menjadi satu dengan aroma parfum berbeda. Mungkin ini yang membuat saya tertarik untuk mengomentari. Dibalik bau parfum berbeda, dari parfum kelas terpaksa, kelas mendadak minta, sampai parfum mahal, bisa saja menyatu dalam tempat yang sama. Lalu mengapa kita tidak?
Saya tidak menjabarkan berapa harga parfum, namun menyampaikan semangat baru berkesenian dibalik bau parfum itu. Sepuluh sanggar yang mengisi panggung dengan panggung karya adalah bukti bahwa seniman Pontianak masih mempunyai semangat baru. Walau ada juga karya itu-itu juga yang dimodifikasi biar terlihat baru. Namun usaha membarukan yang lama itu juga termasuk semangat baru. Yah, setidaknya ada hal baru walau kadang dibaru-barukan. Tidak masalah bukan? Yang penting semangatnya tetap baru.
Oh ya hampir lupa. Kita sudah memiliki gubernur baru. Jadi siapkan pemikiran baru untuk menyambut pemerintahan baru. Kita hanya berharap, setidaknya pemerintahan lima tahun kedapan juga memperhatikan pemajuan kebudayaan dan kemajuan seniman. Mungkin gedung pertunjukan juga harus di barukan, biar enak kalau karya baru dipentaskan di gedung baru. Selanjutnya seniman harus mempunyai semangat baru, karya baru, dan retorika baru dalam mengisi pembangunan.
Jika seniman sudah mempunyai semangat kebaruan dan terbarukan, tinggal pemerintah yang baru juga harus mempunyai semangat baru dalam memajukan kebudayaan. Ingat, pemerintah baru bukan pemerintah lima tahun lalu. Keberhasilan pemajuan kebudayaan terletak pada kerjasama dalam membangun peradaban. Jika itu ada dalam pemikiran pemerintah yang baru, mari kita bergerak bersama, membangun Kalbar lebih berbudaya.
Seperti kata Anton Priyadi, bagaimana mau maju jika jalannya satu-satu. Jika mau maju, ayo bersatu. Saya masih ingat, Itu kata-kata Anton Priyadi, ketika Format (forum masyarakat teater Kalimantan Barat) mau dibangun sekitar sembilan tahun lalu. Jadi menurut anda bagaimana? Mau satu atau bersatu?
Pementasan karya sanggar-sanggar dimotori oleh seniman kawakan Kalimantan Barat, Kusmindari Triwati, M.Sn., seorang seniman wanita yang sampai sekarang masih bergelut dibidang seni budaya Kalbar. Dedikasinya sebagai seniman daerah memang tidak diragukan lagi. Kak Dai panggilan kesehariannya, sudah banyak mengangkat seni tradisi Kalbar sampai ke ajang nasional dan internasional. Ditambah lagi konsentrasinya mendidik seniman muda di Sanggar Andari Pontianak, sudah banyak melahirkan seniman yang mengharumkan nama daerah Kalbar di tingkat nasional dan internasional.
Gelar seni budaya pementasan sanggar-sanggar ini juga tidak lepas dari kerja kawan-kawan seniman. Seorang yang selama ini mungkin luput dari banyak perhatian media, maupun penulis lepas tentang kebudayaan adalah sosok Anton Priyadi. Tidak banyak yang mengenal figur Anton sebagai seniman, kebanyakan orang mengenal Anton adalah tim pelaksana kegiatan dilingkup dinas pemerintahan Kalbar. Namun dibalik itu, seorang Anton pernah mewarnai dunia teater Kalbar dan sempat menjabat sebagai ketua Format (Forum Masyarakat Teater) Kalimantan Barat.
Memaknai kerjasama dan kebersamaan
Sebuah perhelatan besar tidak berjalan begitu saja tanpa ada alasan dan siapa pelaku dibalekang layar. Kegiatan seni merupakan sarana, sementara motor penggeraknya adalah seniman. Kerjasama seniman dan pemerintah itu memang perlu, dan sangat diperlukan jika dipandang pada kesamaan tujuan, yaitu membangun pemajuan kebudayaan. Hanya saja pemaknaan kerjasama ini mungkin tidak diperhatikan dan dimaknai mendalam oleh banyak pelaku seni daerah. Kesadaran membangun kerjasama masih dipandang sebagai kebutuhan.Lebih jauh lagi seniman perlu tempat untuk berkreasi, berekspresi, dan diapresiasi masyarakat. Sementara pemerintah bukan hanya sekedar melaksanakan program kedinasan, namun lebih menyadari tugas pokok dan fungsi untuk mengangkat kebudayaan sebagai kewajiban kerja. Dua motor penggerak majunya kebudayaan ini tidak boleh terhenti karena kepentingan, karena apapun yang dilakukan itu semua adalah ibadah budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia melalui kebudayaan.
Sesuatu hal penting yang harus mendapat perhatian khusus adalah pemaknaan dibalik semua kegiatan budaya yang sudah diselenggarakan. Makna pementasan bersama tidak bisa hanya dimaknai sebagai hiburan belaka, namun lebih kepada pemupuk kebersamaan antar seniman agar termotifasi bergerak maju untuk mengisi pembangunan. Pergerakan seniman dan pemerintah itu yang penting, agar dapat bersinergi dan maju bersama, bergerak bersama, dan mempunyai satu visi, membangun budaya membumi untuk gemilang peradaban Kalbar.
Saya pernah ngobrol dengan Gabriel Armando, ketua langkau etnika art space kalbar. Pementasan karya ujian strata dua yang dilaksanakan di Rumah Betang Sutoyo Pontianak, sudah memberi pencerahan perkembangan seni tari di Kalimantan Barat. Seorang Gabriel sempat menanggapi perkembangan kesenian tradisi di Kalbar yang kurang mendapat motivasi karena kurangnya pengetahuan proses berkesenian. Sementara ilmu pengetahuan seniman daerah, sebut saja tentang seni tari, sangat banyak dan beragam. Iil (panggilan keseharian) sempat menyarankan kepada saya untuk membuka jaringan seluas-luasnya, sampai kepada kerjasama jaringan antar seniman dan pemerintah. Artinya segala perjuangan pemajuan kebudayaan tidak akan berjalan dengan sehat dan bersemangat ketika seniman berjalan sendiri dan pemerintah sibuk dengan kegiatannya sendiri. Semua perkembangan itu memerlukan kerja bersama agar terjangkau lebih efisien dan maksimal.
Lambat laun pemikiran Gabriel dibuktikan dengan membangun warsada dan kemudian Langkau Etnika Art Space sebagai wadah penyatuan pikiran seniman untuk bergerak bersama. Baru sekarang kawan-kawan sseniman menyadari, bahwa kerja jaringan itu penting, dan sangat dianjurkan untuk membangun kekuatan antara seniman dan pemerintah. Tapi yakin saja, belum terlambat. Walau kadang kita mikirnya kesiangan.
Kegiatan pementasan karya sanggar-sanggar adalah ajang reuni seniman Kalbar. Pada kegiatan tersebut dipentaskan 4 grup musik dari Kelompok Pucuk Pakis, kelompok Buah Kana, Sanggar Segentar Alam Sanggau dan Balaan Tumaan Ensambel. Perkembangan musik sudah sangat maju dan beragam, sehingga memberi warna berbeda pada kegiatan kali ini.
Lambat laun pemikiran Gabriel dibuktikan dengan membangun warsada dan kemudian Langkau Etnika Art Space sebagai wadah penyatuan pikiran seniman untuk bergerak bersama. Baru sekarang kawan-kawan sseniman menyadari, bahwa kerja jaringan itu penting, dan sangat dianjurkan untuk membangun kekuatan antara seniman dan pemerintah. Tapi yakin saja, belum terlambat. Walau kadang kita mikirnya kesiangan.
Reuni seniman sebagai ibadah budaya dalam berkebudayaan
Ibadah budaya itu mungkin banyak yang menganggap naif, namun ada juga yang mengangguk tanda kebingungan (bukan setuju yaa). Maaf, kadang anggukan terlalu ambigu dan multi lapis pemaknaan. Ok lanjut, kita bahas tentang ibadah budaya yang masih berhubungan dengan makna kebersamaan.Kegiatan pementasan karya sanggar-sanggar adalah ajang reuni seniman Kalbar. Pada kegiatan tersebut dipentaskan 4 grup musik dari Kelompok Pucuk Pakis, kelompok Buah Kana, Sanggar Segentar Alam Sanggau dan Balaan Tumaan Ensambel. Perkembangan musik sudah sangat maju dan beragam, sehingga memberi warna berbeda pada kegiatan kali ini.
Sementara penampilan teater dimeriahkan oleh Teater Topeng, Dapur Teater, Teater Terbit 12, dan Teater Komsan. Masing-masing membawa gaya dan ceritanya sendiri. Sebuah ontologi perjalanan berkesenian diambang kejenuhan, namun terbangun dengan reuni akbar pada kegiatan pementasan karya sanggar-sanggar. Sebuah penyadaran untuk seniman dari kemalasan panjang akan rutinitas tak jelas dibalik proses berkesenian.
Sebuah pergerakan bukan euforia dibalik panggung atau diantara gemerlap cahaya. Sebuah pergerakan berkesenian adalah ideologi dari pribadi-pribadi yang terpilih. Kadang sosok pemangku ideologi itu mengalami kebuntuan pikir dalam perjalanan, kadang juga merasa jenuh dengan keadaan yang dia sendiri tidak memahaminya.
Seniman Kalbar sudah beristirahat panjang, ketika ingin bangkit lagi, ada rasa ngilu pada sendi-sendi kreatifitas. Ada rasa keterasingan konsep ketika ingin diurai diatas panggung. Gilanya lagi ketika kita ingin mengajak rekan seperjuangan, kadang terlalu lama bangkit dan bergerak. Ditambah kesibukan yang banyak menyita waktu, walau kadang banyak santainya juga. Sebenarnya kenyamanan dalam kemalasan itu kadang mencari alasan. Terpaksa sibuk atau disibuk-sibukkan.
Seniman Kalbar sudah beristirahat panjang, ketika ingin bangkit lagi, ada rasa ngilu pada sendi-sendi kreatifitas. Ada rasa keterasingan konsep ketika ingin diurai diatas panggung. Gilanya lagi ketika kita ingin mengajak rekan seperjuangan, kadang terlalu lama bangkit dan bergerak. Ditambah kesibukan yang banyak menyita waktu, walau kadang banyak santainya juga. Sebenarnya kenyamanan dalam kemalasan itu kadang mencari alasan. Terpaksa sibuk atau disibuk-sibukkan.
Ketika saya dan beberapa seniman diundang rapat untuk kegiatan pementasan sanggar-sanggar, banyak yang merasa syok karena kaget. Banyak seniman harus memaksa diri sendiri bangkit menjawab kegiatan tersebut. Namun dibalik itu, saya membaca ada sirine untuk bangkit kembali dan bergerak bersama. Saya yang juga sibuk dalam rutinitas keseharian sempat kaget, karena kegiatan lumayan mendadak. Namun saya sadar, kalau panggilan perjuangan itu harus dijawab.
Kak Dai sempat berbicara kepada saya, kegiatan ini adalah sebuah perjuangan untuk kita bangkit menyambut retorika baru dalam kemajuan zaman. Perjuangan seniman harus dibuktikan dengan karya dan itu harus dijawab di panggung pementasan karya sanggar-sanggar. Karena pementasan tidak sebatas naik panggung, turun, lalu foto-foto. Sebuah panggung berkesenian adalah wilayah sakral untuk pengkaryaan dan ibadah berkebudayaan.
Sampai disini, seniman harus menyadari, bahwa kita tidak bisa hanya berjumpa dan ketawa-ketawa. Kita harus bergerak bersama, walau kadang tafsir berkesenian itu berbeda-beda. Sudah waktunya bagi seniman Kalbar membangun semangat. Menginstal ulang pemikiran, klik tombol refresh agar lebih giat dalam berkarya, lalu membangun kerjasama dengan pihak manapun juga, termasuk pemerintah. Seniman Kalbar harus memberikan kontribusi pada pembangunan selanjutnya, bukan meratapi sempitnya jalan berkesenian karena keadaan. Ingat keadaan bukan lawan, namun kadang mematikan. Jika kita mengalah dengan keadaan, maka habislah sudah.
Semangat baru dibalik menyatunya bau parfum berbeda
Saya banyak melihat kehadiran seniman lama (gak enak kalau dibilang tua). Semua menyambut hangat pementasan tari malam itu. Suasana semakin romantis ketika hujan kecil turun sedikit-sedikit (bukan gerimis seperti biasanya), seakan mewarnai kesyahduan malam itu. Banyak seniman saling ketemu, saling bersalaman, dan saling senyum lebar, sebagai tanda sepakat untuk menandai kegiatan sebagai ajang reuni seniman Kalbar. Saya juga melihat melankolia kawan-kawan sanggar mengenang masa kejayaan mereka masing-masing.Sementara pengunjung semakin membludak. Tribun utama terisi penuh dan yang berseliweran semakin malam semakin banyak. Berbaur menjadi satu dengan aroma parfum berbeda. Mungkin ini yang membuat saya tertarik untuk mengomentari. Dibalik bau parfum berbeda, dari parfum kelas terpaksa, kelas mendadak minta, sampai parfum mahal, bisa saja menyatu dalam tempat yang sama. Lalu mengapa kita tidak?
Bau parfum itu adalah sebuah identitas, walau dalam kronologi sosial terlalu sukar untuk di klasifikasi. Kebiasaan utas pengkajian strata bisa dibaca dari bau parfum seseorang. Walau beda pandangan dan rasa, namun pementasan tari malam itu menyatukan kerinduan lama dikalangan seniman. Ketika kerinduan itu berubah menjadi tuntutan melankolia, maka bau parfum tidak bisa menjadi alasan feodal pemikiran. Kebutuhan seniman hanya bergerak bersama, walau dalam perjuangan berbeda. Semangat baru dibalik bau parfum berbeda adalah reinkarnasi penjiwaan ketika seniman disatukan dalam panggung yang sama.
Saya tidak menjabarkan berapa harga parfum, namun menyampaikan semangat baru berkesenian dibalik bau parfum itu. Sepuluh sanggar yang mengisi panggung dengan panggung karya adalah bukti bahwa seniman Pontianak masih mempunyai semangat baru. Walau ada juga karya itu-itu juga yang dimodifikasi biar terlihat baru. Namun usaha membarukan yang lama itu juga termasuk semangat baru. Yah, setidaknya ada hal baru walau kadang dibaru-barukan. Tidak masalah bukan? Yang penting semangatnya tetap baru.
Oh ya hampir lupa. Kita sudah memiliki gubernur baru. Jadi siapkan pemikiran baru untuk menyambut pemerintahan baru. Kita hanya berharap, setidaknya pemerintahan lima tahun kedapan juga memperhatikan pemajuan kebudayaan dan kemajuan seniman. Mungkin gedung pertunjukan juga harus di barukan, biar enak kalau karya baru dipentaskan di gedung baru. Selanjutnya seniman harus mempunyai semangat baru, karya baru, dan retorika baru dalam mengisi pembangunan.
Jika seniman sudah mempunyai semangat kebaruan dan terbarukan, tinggal pemerintah yang baru juga harus mempunyai semangat baru dalam memajukan kebudayaan. Ingat, pemerintah baru bukan pemerintah lima tahun lalu. Keberhasilan pemajuan kebudayaan terletak pada kerjasama dalam membangun peradaban. Jika itu ada dalam pemikiran pemerintah yang baru, mari kita bergerak bersama, membangun Kalbar lebih berbudaya.
Seperti kata Anton Priyadi, bagaimana mau maju jika jalannya satu-satu. Jika mau maju, ayo bersatu. Saya masih ingat, Itu kata-kata Anton Priyadi, ketika Format (forum masyarakat teater Kalimantan Barat) mau dibangun sekitar sembilan tahun lalu. Jadi menurut anda bagaimana? Mau satu atau bersatu?
Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Kategori :
opini,
- Reuni Seniman pada Pementasan Karya Sanggar Sanggar - - Powered by Blogger. Jika ingin menyebarluaskan atau mengcopy paste artikel Reuni Seniman pada Pementasan Karya Sanggar Sanggar, harap menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terima kasih.