Ukuran Font Artikel
Small
Medium
Large

Salah Tafsir Kebudayaan

Dok LCAF 2024 Langkau Etnika Kalbar

Logika dibalik salah tafsir kebudayaan

Kebudayaan merupakan hasil dari akumulasi nilai, norma, dan tradisi yang berkembang dalam suatu masyarakat. Namun, sering kali terjadi salah tafsir terhadap kebudayaan, baik karena kesalahpahaman historis, kepentingan pribadi, maupun ketidakmampuan menangkap atau menyesuaikan arti budaya dinamis dalam perkembangan zaman. Salah tafsir ini dapat membawa dampak negatif, mulai dari stagnasi sosial hingga benturan antargenerasi.

Faktanya budaya selalu mengalami perubahan, berkembang, dan beradaptasi sesuai dengan waktu, tempat, dan interaksi sosial. Kita mengakui bahwa budaya tidak statis dan dapat berkembang tanpa kehilangan identitas aslinya. Namun pada sisi lain, banyak juga diantara kita yang memaksakan kebudayaan itu harus dipertahankan tanpa sentuhan. 

Parahnyha lagi, kebanyakan dari kita menganggap bahwa apa yang kita lakukan adalah bagian dari kerja pelestarian. Kita olah budaya menjadi produk baru tanpa memikirkan norma dan dialektika dimana budaya itu berasal. Kita menyangka sudah khatam memahami falsafah dan tafsir budaya secara modern.

Ketika budaya berkembang dalam bentuk baru, kita malah kebingungan dengan identitas yang kita buat dan lekatkan. Akhirnya kita tersesat dalam budaya yang dirobotkan perkembangan. Kepalang basah, jadikan saja budaya itu suatu produk baru, lalu sodorkan pada generasi sekarang. Toh nantinya mereka juga akan memahami sendiri mana yang asli dan mana yang menyesatkan. Sungguh logika bodoh ketika kita sebagai orang berbudaya berlogika seperti itu.  

Logika di Balik Salah Tafsir Kebudayaan

Salah tafsir kebudayaan sering kali terjadi karena beberapa alasan logis yang umum ditemukan dalam masyarakat, termasuk dalam logika berpikir budayawan. Logika yang berkembang tidak diperbaharui sehingga menggiring pada pemikiran lama yang kebanyakan berbenturan dengan dialektika perkembangan.

Banyak individu atau kelompok yang menganggap bahwa kebudayaan harus dipertahankan sebagaimana adanya tanpa perubahan. Mereka mengabaikan bahwa kebudayaan bersifat dinamis dan selalu berkembang mengikuti konteks sosial dan teknologi.

Jika mempertahankan budaya itu akan menjadikan budaya itu tetap mempunyai eksistensi dalam suatu perkembangan, maka itu mungkin tidak menjadi masalah. Masalah akan timbul ketika suatu budaya tidak mengalami perubahan sesuai perkembangan, maka cenderung tidak akan bisa bertahan dalam kancah zaman.

Logikanya,, yang asli tetap dipertahankan dan didokumentasikan sebagai aset budaya daerah. Sementara ada juga yang dikembangkan untuk melihat peluang perkembangan dan sesuai dengan selera kekinian. Hanya saja perkembangan juga perlu kajian mendalam agar tidak merusak nilai dan keberadaan budaya itu sendiri. 

Dok LCAF 2024 Langkau Etnika Kalbar

Orang cenderung mencari dan menerima informasi yang mendukung keyakinan mereka tentang suatu kebudayaan, meskipun informasi tersebut sudah tidak relevan atau telah mengalami distorsi. Bahkan ada juga yang memikirkan revitalisasi kebudayaan itu terlalu jauh, sampai tampil sebagai pahlawan budaya yang sebenarnya hanya berbicara tentang wacana penuh kebingungan. 

Sementara kaum bangun kesiangan akan merayakan kesalahan tafsir dari informasi yang datang tidak lengkap sebagai argumentasi. Dalam debat-debat di warung kopi, sampai memaksa menghubungkannya dengan teori barat yang kebanyakan tidak sesuai pada logika budaya daerah. 

Perlu difahami, bahwa suatu teori itu adalah pendapat, bukan bersifat mutlak dan harus dipaksa benar. Teori adalah sebuah landasan labil yang bisa saja tidak sejalan dengan logika berpikir asli masyarakat pemilik kebudayaan. Bisa saja teori itu tidak akan relevan 10 atau 20 tahun mendatang. Jadi berbagai teori adalah bagian dari argumen dan dapat dikatakan hanya tafsir sementara, sementara logika pemilik budaya adalah suatu landasan dinamis dari kebudayaan itu sendiri.

Kesalahannya, banyak orang menggunakan teori tanpa memahami logika pemilik kebudayaan. Akhirnya teori menjadi label pengakuan kebenaran saat ada logika yang berseberangan. Posisi penampakan logika ini banyak saya lihat hanya memarjinalkan pola pemikiran lawan debat saja, namun sebenarnya terlalu jauh dari pemahaman eksistensi kebudayaan itu sendiri.

Pemanfaatan Kebudayaan sebagai Alat Kontrol Sosial

Beberapa pihak menggunakan kebudayaan sebagai alat kontrol sosial untuk mempertahankan kekuasaan, baik dalam konteks politik, ekonomi, maupun agama. Hal ini menyebabkan distorsi dalam memahami makna kebudayaan yang sesungguhnya. Kebudayaan seharusnya menjadi ekspresi identitas, nilai, dan cara hidup suatu masyarakat. Namun kini, bisa saja kebudayaan menjadi propaganda pembenaran untuk menundukkan pihak tertentu dalam suatu kontrol sosial. 

Dalam Konteks Politik diskusi lepas, banyak orang menggunakan budaya untuk membentuk opini dan kesadaran lawan bicara agar tetap tunduk pada sistem yang ada.  Narasi budaya tertentu dijadikan alat propaganda untuk membenarkan logika individu dan menepis perbedaan pendapat.  Kadang ada juga oknum budayawan hanya fokus berbicara keharusan pembangunan budaya tertentu, namun menekan ekspresi budaya lainnya. 

Andai dalam sebuah debat atau diskusi warung kopi terjadi pemanfaatan budaya seperti ini, maka sebaiknya matikan lampu, ganti minumannya dengan air putih, lalu mari kita bicarakan budaya tanpa melihat lawan bicara. 

Dalam situasi diskusi tertentu, kita dipaksa untuk kehilangan pemahaman kritis terhadap budayanya sendiri. Kebanyakan teori yang sebenarnya tidak nyambung dijadikan bumbu penyedap pembicaraan. Akhirnya suatu logikan dipaksa tampil dan menjadi alat pembenaran ketidakadilan dan diskriminasi. Pada saat itu budaya terancam oleh dominasi logika tertentu. Kalau sudah begini bukankah Inovasi dan perkembangan budaya terhambat karena dikendalikan oleh logika dan teori yang membingungkan kita sendiri?  

Kesimpulan

Kebudayaan harus dipahami sebagai sesuatu yang fleksibel dan berkembang seiring waktu. Salah tafsir kebudayaan sering kali muncul karena kekakuan berpikir, bias konfirmasi, atau kepentingan tertentu. Oleh karena itu, masyarakat atau budayawan perlu memiliki pemahaman yang lebih kritis dan terbuka dalam menyikapi kebudayaan agar tetap relevan dengan nilai-nilai zaman modern tanpa menghilangkan akar identitasnya.


Traktir Mbah Dinan kopi klik di sini
atau mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
LIHAT ALAT MUSIK MELAYU
Hubungi Admin: +62 811-5686-886.
Posting Komentar